Karena perbedaan lokasi vaksin, Endang mengaku sempat menghabiskan waktu cukup lama untuk verifikasi data menjelang disuntik.
"Sekitar jam 08.00 karena nomor urut satu, saya dipanggil ke counter untuk semacam pemeriksaan administrasi. Saya agak lama karena saya ditanya: 'Apa Ibu sudah mendaftar dan dapat tiket?'. Waktu mereka coba cek, mereka bilang RS Mayapada itu tidak terdaftar padahal (saat mendaftarkan diri) rumah sakit itu sudah terdaftar," ujar Endang.
"Mereka juga lama mengecek karena situs (pendaftaran vaksin) lama sekali (diakses). Sepertinya karena banyak orang yang coba mengakses situs yang sama. Sementara sepertinya (pihak RSUD Jaya Padang) harus mengklarifikasi bahwa si pasien yang sudah mendaftar di satu rumah sakit itu dialihkan ke rumah sakit lain," bebernya.
Setelah berhasil mendapat jadwal, Endang berbagi informasi itu kepada teman-temannya.
Akan tetapi, kata Endang, teman-temannya kesulitan menghubungi rumah sakit yang sama karena telepon selalu sibuk.
Ketika akhirnya terhubung, lanjutnya, pihak rumah sakit menekankan pendaftaran gelombang pertama untuk lansia telah ditutup.
"Begitu dapat (terhubung ke rumah sakit), langsung dibilang bahwa pendaftaran telah ditutup untuk fase pertama sampai 19 Maret," ucap Endang.
"Saya tadi pagi coba mendaftarkan besan saya, akhirnya dapat untuk tanggal 2 Maret siang. Kebetulan banget," katanya lagi.
Setelah melewati fase verifikasi yang memakan waktu, Endang menjelaskan bahwa ia dan suami juga diwawancarai seputar riwayat kesehatan.
"Waktu menunggu dan lain-lain seperti mengambil tensi, total tidak sampai 30 menit kok. Saat ambil tensi, saya sempat waswas karena katanya secara alam bawah sadar, tensi itu bisa naik. Alhamdulillah tadi tensi saya 110/70," katanya.
"Setelah diambil tensi, kami masuk ke ruangan yang ada dokter, siap untuk divaksin. Di situ, dokternya mewawancarai apakah kita menderita penyakit hipertensi atau lain-lain. Saya bilang saya (punya) asma, tapi dalam kurun lebih dari 3 bulan ini tidak ada anfal sama sekali. Kolesterol juga tidak ada masalah," lanjutnya.
Di sisi lain, Shirwan, diakui Endang, sempat ragu menerima vaksin Sinovac. Pasalnya, sang suami pernah menderita penyakit jantung.
"Terus terang, suami sempat ragu karena suami pernah jantung bypass tahun 2018. Dia ngomong ke saya: 'Saya tidak mau disuntik Sinovac. Saya maunya (vaksin) Pfizer'," cerita Endang.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 untuk Lansia di Jaksel Dimulai, Lebih dari 300 Orang Mendaftar
Setelah berkonsultasi dengan kerabat, Shirwan pun bersedia disuntik Sinovac.
"Sedangkan menurut adik ipar kami yang dokter, memang Pfizer akan masuk. Tapi tidak ada yang bisa garansi kapan dan apakah dapat. Jadi, kalau sudah ada Sinovac di depan mata, ambillah Sinovac. Karena tanggal 5 Februari, sudah keluar (Sinovac) aman untuk lansia," jelasnya.