Ridwan kemudian melanjutkan perjalanannya setelah menabrak truk. Ia kembali menyusuri jalur kuning di trotoar Panglima Polim.
Ridwan setiap hari berjalan kaki melewati wilayah Jakarta Selatan. Ia berangkat dari rumahnya di Pondok Cabe.
Selama empat tahun, Ridwan mengaku kerap berkeliling Jakarta Selatan untuk berjualan kerupuk.
Ia mengaku pasrah menghadapi trotoar yang tak ramah disabilitas. Namun, dari tutur katanya, Ridwan terlihat tak bisa memendam rasa kesalnya.
“Karena selama empat tahun keliling di Jakarta Selatan jadi tahu kondisi trotoar di Jakarta Selatan. Dari belum ada jalur kuning, sampai ada,” kata Ridwan dengan suara agak meninggi sambil mengentakkan kakinya di jalur kuning.
Ia bercerita kerap bertemu mobil, motor, hingga gerobak di trotoar di sejumlah wilayah di Jakarta Selatan.
Baca juga: Foto Viral Masker Berlogo Khusus Tunarungu, PPDI: Untuk Permudah Mengenali Mereka
Ridwan terkadang menginjak jalur kuning yang berlubang.
“Saya serasa kena ranjau pas jalan,” kata Ridwan.
Ia berharap, masyarakat sadar tentang pentingnya jalur kuning di trotoar. Ridwan meminta masyarakat tak seenaknya memarkirkan kendaraan di trotoar.
“Pemerintah ngadain ini (jalur kuning) jangan sampai sia-sia. Jadi biar bisa dimanfaatin. Tolonglah orang-orang yang tahu, kasih tahu gunanya (jalur kuning) buat orang tunanetra," kata Ridwan.
"Saya di setiap jalan, terutama di Jakarta Selatan, engak ada kenyamanan, selalu dipenuhi parkir motor dan mobil,” kata Ridwan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.