Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Tahun Covid-19, Kala Anies Bingung dengan Sikap Pemerintah Pusat di Awal Pandemi

Kompas.com - 01/03/2021, 14:35 WIB
Singgih Wiryono,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Langkah-langka yang diambil Anies di awal pandemi Covid-19 seringkali disebut berseberangan dengan pemerintah pusat, yang saat itu masih terus membuka keran masuk WN asing ke Indonesia.

Terutama di saat kasus Covid-19 di Indonesia belum diumumkan ke publik periode Januari-Februari 2020.

Padahal, menurut Anies, berdasarkan data yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta, Indonesia sejatinya sudah ada kasus Covid-19 di awal tahun 2020.

Gejala-gejala pneumonia banyak terjadi sehingga Pemprov DKI memutuskan meminta kewenangan untuk penanganan Covid-19.

Baca juga: Covid-19 Diprediksi Bakal Jadi Endemik, Apa Artinya untuk Kita?

Namun, pemerintah pusat tidak mengizinkan Pemprov DKI untuk melakukan pengujian laboratorium terkait temuan-temuan kasus pneumonia yang diduga merupakan Covid-19.

DKI hanya diizinkan untuk mengirimkan sampel untuk dilakukan uji laboratorium milik pemerintah pusat, sehingga kasus positif hanya bisa diumumkan oleh pemerintah pusat.

Anies sempat bertanya mengapa sampel yang dikirimkan oleh Pemprov DKI memiliki hasil yang negatif semua. Padahal dari sisi gejala sudah terlihat pneumonia disebabkan oleh Covid-19.

"Pada akhir Februari kami bertanya-tanya mengapa hasilnya negatif semua," kata Anies.

Tak percaya kurva melandai

Pada awal pandemi terjadi, informasi mengenai perkembangan kasus Covid-19 dilakukan satu pintu dan hanya dipegang oleh pemerintah pusat.

Setelah dua bulan penanganan Covid-19 berjalan, Anies masih tak percaya dengan sebaran data yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat bahwa kasus Covid-19 di Indonesia mulai melandai.

"Saya belum yakin apakah persebaran data telah melandai. Kita harus menunggu beberapa minggu ke depan untuk menyimpulkan apakah tren itu sudah melandai atau kita masih akan bergerak naik," kata Anies.

Anies saat itu juga meminta Kementerian Kesehatan berani transparan terkait data pasien positif Covid-19 di Indonesia. Menurut Anies, transparansi data membuat masyarakat bisa lebih waspada terhadap penyebaran Covid-19.

Tidak ada transparansi data, kata Anies, terlihat pada angka kematian Covid-19 di Jakarta lebih tinggi dibandingkan angka kematian nasional yang dirilis pemerintah pusat selama ini.

"Menurut kami, bersikap transparan dan menginformasikan mengenai apa yang harus dilakukan adalah cara memberikan rasa aman. Namun, Kementerian Kesehatan mempunyai pandangan berbeda, transparan (dinilai) akan membuat panik," tutur Anies.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wanita Hamil di Kelapa Gading Bukan Dibunuh Kekasih, tapi Tewas Saat Berupaya Menggugurkan Janinnya

Wanita Hamil di Kelapa Gading Bukan Dibunuh Kekasih, tapi Tewas Saat Berupaya Menggugurkan Janinnya

Megapolitan
Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Dukcapil DKI Sebut Setiap Warga Terdampak Penonaktifan NIK Dapat Pemberitahuan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Polisi Tangkap Pria yang Minta THR dengan Peras Petugas Minimarket di Cengkareng

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK Pilkada DKI 2024, KPU Butuh 220 Orang untuk TPS di 44 Kecamatan

Megapolitan
2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Megapolitan
Ketakutan Pengemudi 'Online' Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Ketakutan Pengemudi "Online" Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Megapolitan
KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

Megapolitan
Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Megapolitan
Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Megapolitan
Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Megapolitan
Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Megapolitan
Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com