Pabrik kerupuk Erna Jaya awalnya tak secanggih saat ini. Dulu tak ada mesin-mesin hidrolik pencetak adonan kerupuk. Produksinya pun terbatas.
Pencetakan adonan kerupuk saat itu dilakukan secara manual. Adonan kerupuk yang keluar dari keran dibentuk menggunakan tangan. Adonan diletakkan di mangkok.
“Mulai pakai mesin hidrolik ini tahun 2011. Dengan mesin hidrolik, satu hari produksi bisa maksimal satu ton. Kalau manual hanya setengah ton,” tambah Elvin.
Kini bisnis pabrik kerupuk milik Achmaruddin terus bertahan. Badai krisis moneter dan pandemi Covid-19 tak merubuhkan produksi kerupuk ikan.
Erna Jaya memiliki 7 karyawan dan 40 pedagang kerupuk keliling yang siap memberikan kerenyahan bagi masyarakat.
Erna Jaya mampu menyediakan gerobak-gerobak untuk para pedagang kerupuk. Tempat tinggal sementara untuk pedagang pun disediakan.
“Hasil kerupuk ikan jadi itu dijual ke Serpong, Slipi, dan wilayah Jakarta. Di Jakarta Selatan, Erna Jaya hampir ada semua. Kalau mentahnya, hampir ke seluruh Indonesia. Yang belum ke Aceh sama Papua,” ujar Elvin.
Di dalam pabrik, alat-alat produksi kerupuk memiliki tempatnya tersendiri. Ada sudut tempat penggorengan kerupuk, ada pula sudut tempat memanggang kerupuk.
Yang tak kalah penting adalah tempat pembuatan dan pencetakan adonan kerupuk ikan.
Berjalan ke bagian tengah pabrik, gerobak-gerobak penjual kerupuk terparkir. Sedikit mundur ke arah pintu masuk, ada warung kopi kecil.
Di warung itu, para pedagang kerupuk ikan bersenda gurau menghabiskan waktu siang.
Di sisi lain, bilik-bilik kamar terselip di sela-sela gang. Agak ke tengah gang, ada tangga naik ke tempat menjemur kerupuk.
Ada pula ruang pemanggangan kerupuk yang telah dikukus.
“Ruang oven itu digunakan kalau cuaca sedang nggak bagus. Jadi kalau musim hujan itu kan ngga bisa jemur kerupuk. Jadinya dioven,” ujar Elvin.