JAKARTA, KOMPAS.com - Setahun sudah masyarakat Indonesia bergelut dengan pandemi setelah kasus perdana ditemukan di Depok, Jawa Barat, pada 2 Maret 2020.
Namun, sejumlah pihak memprediksi jika Covid-19 sudah masuk ke Indonesia sejak awal tahun 2020.
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono memprediksi bahwa penularan Covid-19 sudah terjadi sejak Januari hingga Februari 2020. Menurut dia, pada awal tahun, yakni Januari dan Februari 2020, sudah terjadi penularan lokal di Indonesia.
Kala itu, kata Pandu, orang yang memiliki gejala Covid-19 pernah menjalani pemeriksaan laboratorium. Namun, ternyata hasilnya adalah negatif, karena laboratorium belum siap untuk mendeteksi virus Covid-19.
Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19, Wagub DKI: Terpenting Kepatuhan Masyarakat
"Tapi tesnya masih negatif karena waktu itu, pada awal-awal bulan itu, tes yang di badan Litbangkes belum siap. Jadi hasilnya negatif terus," kata Pandu pada 4 April 2020.
Sehingga kasus terlihat melonjak. Pandu menjelaskan, penularan lokal terjadi di Indonesia sejak Bulan Februari karena saat itu pemerintah masih membuka penerbangan ke lokasi terdampak pandemi, yakni Wuhan, China, sampai akhirnya negara itu memutuskan untuk melakukan lockdwon.
"Artinya di antara penumpang bolak-balik Wuhan-Jakarta itu dan lima kota lainnya di Indonesia, di Makassar, di Batam, itu sudah ada yang membawa virus," ucap Pandu.
Gubernur Anies mengaku sudah lacak Covid-19
Kemungkinan masuknya virus Covid-19 ke Indonesia pada awal tahun 2020 juga diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Kepada media Australia, The Sydney Morning Herald yang terbit pada 7 Mei 2020 lalu, Anies mengaku bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah melakukan sejumlah langkah guna mengantisipasi penularan virus sejak 6 Januari.
Langkah antisipatif ini diambil setelah ia mendengar adanya kasus soal virus baru di Wuhan, China.
Baca juga: Satu Tahun Covid-19, Kala Anies Bingung dengan Sikap Pemerintah Pusat di Awal Pandemi
Dia menuturkan, Pemprov DKI Jakarta sudah mengadakan pertemuan dengan semua rumah sakit di Jakarta dan memberikan informasi tentang virus baru tersebut.
Setelah melakukan pemantauan, kasus yang dicurigai sebagai Covid-19 terus meningkat. Akan tetapi, Pemprov DKI Jakarta belum diizinkan untuk melakukan pemeriksaan Covid-19 di laboratorium karena belum mendapatkan izin.
Menurut Anies, setiap kali Pemprov DKI Jakarta memiliki kasus yang dicurigai sebagai Covid-19, maka pihaknya mengirimkan sampel ke laboratorium nasional. Baru setelah itu, laboratorium nasional menginformasikan apakah sampel tersebut berstatus positif atau negatif.
"Pada Februari, kami bertanya-tanya mengapa (hasilnya) negatif semua," ucap Anies.
Baca juga: Setahun Pandemi Covid-19: Empon-empon yang Jarang Dilirik, lalu Jadi Primadona
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.