JAKARTA, KOMPAS.com - Menjadi penyandang disabilitas tidak menghalangi niatan mulia Aziz (30), juru parkir di Pondok Bambu, Jakarta Timur, mengais rezeki supaya orang tua bisa pergi umrah.
Aziz sehari-hari bekerja sebagai juru parkir di rumah makan di daerah Jalan Pahlawan Revolusi, Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Ia diketahui telah bekerja di area tersebut selama hampir empat tahun.
Keterbatasan fisik di mana ia harus merangkak untuk bergerak tidak menghalangi Aziz untuk menggeluti pekerjaannya.
Dilaporkan Tribun Jakarta, Aziz meninggalkan rumahnya di daerah Pondok Bambu setiap pukul 10.00 WIB untuk bekerja. Ia merangkak tanpa bantuan sarung tangan.
Aziz senantiasa mengenakan peluit saat mengatur tiap kendaraan yang hendak parkir atau keluar rumah makan.
Diakui Aziz, ia kerap diberikan uang sebagai ungkapan terima kasih dari tamu meski ia tidak mengharapkannya.
Seperti banyak masyarakat yang merasakan, Aziz mengaku pemasukannya saat ini berkurang ketimbang sebelum era pandemi Covid-19.
Bila dulu bisa mendapatkan Rp 100.000 per hari, sekarang setiap hari Aziz hanya dapat membawa pulang maksimal Rp 50.000.
"Penghasilan enggak tentu. Kalau dulu seharinya bisa Rp 50.000 sampai Rp 100.000," kata Aziz, dilansir dari Tribun Jakarta, Rabu (3/3/2021).
"Pas pandemi susah (cari uang). Paling sehari cuma Rp 20 ribu sampai Rp 50 ribu," tambahnya.
Meskipun penghasilannya tidak menentu dan tengah turun, Aziz menekankan ia masih selalu menyisihkan pemasukannya untuk umrah orang tuanya.
Tekadnya tersebut timbul karena sebagai anak pertama, ia tak ingin menyerah pada kondisi fisiknya.
"Tetap bersyukur aja, kita harus bersyukur. Saya lagi kumpulin uang buat ibu umrah," ujar Aziz.
Sedikit pun itu, kata Aziz, ia selalu dapat menyisihkan pemasukannya untuk ditabung.
"Kalau dapat Rp 50.000, Rp 30.000 dikasih orang tua, sisanya saya simpan. Untuk makan juga dan untuk menabung," ucap Aziz.
"Iya ada pokoknya (untuk ditabung). Udah banyak. Tiap hari nabung sesisanya uang aja," sambungnya.
Baca juga: Cerita Pasien 01 Rasakan Stamina Tubuh Menurun, Sakit Lima Minggu hingga Mudah Ngos-ngosan
Semangat bekerja di tengah keterbatasan fisik membuat Aziz dikagumi rekan-rekannya.
Hal itu diutarakan Rosyid, teman yang mengajak Aziz bekerja sebagai juru parkir sekitar empat tahun lalu.
"Jadi awalnya itu dia lewat sini. Saya enggak tega melihat dia jalan merangkak. Lalu ditanyain sama saya: 'Mau ke mana dek?'. Aziz jawab: Mau ngamen bang,'," cerita Rosyid.
Rosyid pada akhirnya menawari Aziz jadi tukang parkir bertemu dengan rekannya itu untuk kali kedua.
"Saya enggak tega, jadi saya tawari aja pas kami ketemu dua kali: 'Kamu mau nggak parkir di sini?' Dia bilang mau," urai Rosyid.
Selama mengenal Aziz, Rosyid menilai rekannya seorang yang gigih. Hal itu bisa ia lihat sejak hari pertama mereka bertemu.
Menurut Rosyid, Aziz selalu ramah ketika disapa olehnya dan sejumlah pengendara yang melintas.
"Dari situ saya sudah tahu dia rajin dan gigih. Dia juga baik. Banyak pelajaran hidup yang bisa saya ambil," aku Rosyid.
"Sikapnya yang enggak pernah mengeluh dan selalu bersyukur patut dicontoh," tambahnya.
Selain itu, ditambahkan Rosyid, Aziz orang yang baik hati dan kerap menasihati teman-temannya.
Rosyid mengisahkan, dirinya dulu jarang beribadah. Namun, sejak mengenal Aziz, ia selalu diingatkan untuk shalat.
"Dia juga suka nasihati kita-kita. Saya di sini juga di ingatkan untuk salat. Dulu memang jarang salat kan, pas ada Aziz benar-benar jadi gak bolong ibadahnya," kata Rosyid.
"Malahan tiap kali pulang magrib pasti dia mampir di masjid dekat sini," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Harus Berjalan Merangkak, Aziz Kumpulkan Rupiah Jadi Juru Parkir Demi Berangkatkan Orang Tua Umrah
(Reporter: Nur Indah Farrah Audina / Editor: Wahyu Aji)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.