Lalu, dengan wajah memelas dan berurai air mata, Hafitd memandang majelis hakim dan memohon agar diberikan kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki diri.
Hafitd bahkan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan kejinya lagi.
Selain itu, Hafitd meminta izin kepada orangtua Sara, apabila punya kesempatan, ia ingin melanjutkan mimpi Sara yang belum tercapai.
"Saya ingin menutup lubang yang saya buat," ujar Hafitd.
Baca juga: 7 Tahun Lalu, Sakit Hati dan Cemburu Melatarbelakangi Pembunuhan Ade Sara
Assyifa membacakan pleidoinya yang termuat dalam tiga lembar kertas pada Selasa (18/11/2014).
Diselingi isak tangis, Assyifa meminta maaf terutama kepada orangtua Sara, serta orangtuanya sendiri yang hadir di persidangan.
Selain itu, Assyifa meminta majelis hakim untuk menjatuhkan vonis seringan mungkin.
Berikut isi pembelaan yang ditulis Assyifa.
Assalamualaikum wr wb.
Majelis Hakim yang saya muliakan
Bapak Jaksa Penuntut Umum yang saya hormati
Sidang Pengadilan yang mulia
Dalam kesempatan ini pertama-tama Syifa ingin mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan YME yang masih memberikan Rahmat, Taufiq, dan Hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita masih mendapat kesempaan untuk bisa sama sama hadir mengikuti jalannya dalam persidngan ini.
Pada kesempatan ini, perkenankan Syifa menyampaikan pembelaan pribadi yang pada hakekatnya adalah berisi rasa ungkapan bela sungkawa dan penyesalan dari lubuk ati Syifa yang paling dalam atas peristiwa dan musibah meninggalnya teman kami, almarhum Ade Sara, yang telah pula menyebabkan kesedihan yang mendalam di dalam kehidupan Om Suroto dan Tante Elisabeth.
Majelis Hakim yang mulia, sungguh Syifa sangat menyesal, karena sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi adalah di luar kehendak dan di luar batas kesadaran Syifa, yang telah menyebabkan kematian teman Syifa, korban Ade Sara meninggal dunia.
Syifa mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga Ade Sara, terutama kedua orangtua Ade Sara, Om Suroto dan Tante Elisabeth.
Maafkan Syifa karena sudah membuat luka yang sangat dalam di hati Om Suroto dan Tante Elisabeth.
Majelis Hakim, Syifa masih mempunyai harapan dan sangat ingin meneruskan pedidikan untuk mewujudkan semua cita-cita untuk membahagiakan kedua orangtua Syifa, keluarga Syifa dan orang-orang di sekitar Syifa.