Sementara itu, beberapa di antaranya ada yang sudah mulai sekolah.
"Ada yang sudah sekolah, tapi kan sekolah online. Tiap sore tapi mereka ngaji, mereka juga pernah jatuh waktu naik tangga itu. Kayunya roboh," tutur dia.
Terkait parkir kendaraan pribadi, Asep menumpangkan kendaraan bermotornya di rumah atau gedung tetangganya.
"Kendaraan nitip di tetangga. Alhamdulillah punya tetangga baik," ujarnya.
Asep juga mengaku menemui hambatan lain, yaitu kesulitan berinteraksi dengan orang lain.
Karena adanya dua dinding itu, tukang sampah di permukiman tersebut tak pernah mengambil sampah dari kediaman Asep.
"Ya lewat aja tukang sampah. Enggak pernah masuk, orang enggak bisa. Ini makanya sampah numpuk di dekat pagar gedung," imbuhnya.
Baca juga: Viral, Akses Rumah di Ciledug Ditutup Paksa dengan Tembok, Ini Cerita Sang Pemilik
Selain itu, keluarga Asep juga kesulitan untuk membeli bahan pangan.
Sebab, tukang sayur keliling di lingkungan itu kesulitan untuk mengakses kediaman Asep.
Kendati demikian, kata Asep, si anak mantan pemilik gedung itu memberikan akses jalan keluar untuk Asep.
Akses keluar atau masuk tersebut terletak di bagian belakang gedung yang menembus jalan gang lain.
Namun, Asep atau anggota keluarga harus melewati pemakaman terlebih dahulu jika ingin melewati jalan itu.
"Kami dikasih jalan tuh pemakaman umum. Itu khusus untuk orang doang. Kendaraan seperti motor atau mobil enggak bisa (masuk atau keluar)," papar Asep.
Asep menambahkan, dampak lain pembangunan tembok tersebut adalah penghasilannya jauh berkurang.
Dulu, usaha pusat kebugaran milik keluarganya memiliki sedikitnya 100 anggota tetap. Namun, setelah tembok itu dibangun, jumlah anggota terus berkurang.