Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meterai Palsu Dijual dengan Harga Murah

Kompas.com - 17/03/2021, 23:23 WIB
Muhammad Naufal,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Enam orang ditangkap aparat Polresta Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, karena membuat meterai palsu. Mereka lalu menjual meterai palsu itu dengan harga murah.

Lima dari enam orang itu ditangkap di Kota Bekasi, Jawa Barat, pada tanggal 10 dan 11 Maret 2021. Satu tersangka lainnya merupakan napi yang berada di Lapas Salemba, Jakarta Pusat.

Kapolresta Bandara Soekarno-Hatta Kombes Pol Adi Ferdian menyatakan, meterai Rp 10.000 asli normalnya dijual seharga Rp 10.000 oleh PT Pos Indonesia.

Baca juga: 6 Pemalsu Meterai Bernilai Rp 12 Miliar Ditangkap Polisi

Akan tetapi, para tersangka hanya menjual meterai Rp 10.000 palsu seharga Rp 6.000.

"Kalau harga di kantor pos itu Rp 500.000 (tiap 50 meterai), mereka menjual Rp 300.000 (tiap 50 meterai)," ujar Adi, Rabu (17/3/2021).

Adi menyatakan, para tersangka menjual meterai palsu itu melalui sosial media.

"Pemasarannya menggunakan media online. Tidak menutup kemungkinan, mereka memasarkannya sampai antar pulau atau antar kota," ujar dia.

Dari hasil pemeriksaan, para tersangka memproduksi meterai hanya berdasarkan pesanan pembeli sejak 3,5 tahun lalu.

"Untuk sehari-harinya, mereka memproduksi sesuai pesanan yang mereka terima," ujar Adi.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengungkapkan, awalnya polisi mencurigai adanya kiriman meterai palsu melalui kargo di area Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Banten, pada 7 Maret 2021.

Yusri mengatakan, peredaran meterai biasanya menggunakan PT Pos Indonesia.

Bermula dari kecurigaan itu, polisi membongkar kargo tersebut dan menemukan meterai Rp 10.000 palsu yang hendak dikirimkan oleh para tersangka.

Yusri menambahkan, meterai Rp 10.000 baru saja diedarkan secara umum oleh Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) pada akhir Januari lalu.

Dari penemuan meterai palsu itu, polisi menemukan enam tersangka. Namun, ada satu tersangka yang berstatus buron hingga saat ini, yaitu MSR.

Berdasar pemeriksaan, jumlah total meterai palsu yang disita kepolisian mencapai 50 rim. Tiap rim terdiri dari 500 lembar dengan per lembar ada 50 meterai Rp 10.000 palsu.

"Terus terang, (50 rim meterai palsu itu) merugikan negara sekitar Rp 12-13 miliar," ungkap Yusri.

Menurut Yusri, bila peredaran meterai palsu yang dilakukan keenam tersangka sejak 3,5 tahun lalu itu turut dijumlahkan, maka total kerugian negara mencapai Rp 37 miliar. Para tersangka itu sudah menjual meterai Rp 6.000 palsu sejak 3,5 tahun lalu.

"Para tersangka dijerat pasal berlapis, yaitu Pasal 253 KUHP, dan/atau Pasal 257 KUHP, dan/atau Pasal 24 dan 25 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 Tentang Bea Meterai," ujar Yusri.

Keenam orang itu diancam hukuman penjara maksimal tujuh tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Motor Adu Banteng dengan Pembalap Liar di Bekasi, Seorang Perempuan Tewas di Tempat

Megapolitan
Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com