Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketum PBSI Ungkap 3 Hal Janggal Usai Indonesia Dipaksa Mundur dari All England

Kompas.com - 18/03/2021, 15:41 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Agung Firman Sampurna mengungkapkan tiga hal janggal yang dialami tim bulu tangkis Indonesia saat dipaksa mundur dari ajang All England 2021.

Pertama, yakni belum terungkapnya satu orang terpapar Covid-19 yang ada dalam pesawat yang sama dengan tim bulu tangkis Indonesia.

"Sampai saat ini, kami tidak diberitahu siapakah penumpang pesawat tersebut yang telah berinteraksi dengan 24 orang (ofisial Indonesia)," kata Agung dalam konferensi pers di Gedung BPK RI, Jakarta, Kamis (18/3/2021).

"Ini sudah tidak masuk akal sebenarnya. Siapa penumpang pesawat tersebut yang terkena Covid-19," imbuh dia.

Baca juga: PBSI: Bukan BWF yang Paksa Mundur Indonesia dari All England

Kedua, yakni soal masalah permintaan isolasi dari National Health Service (NHS). Padahal, belum ada pemain Indonesia yang dinyatakan terpapar Covid-19.

"Fakta berikutnya, persiapan yang kami lakukan di Indonesia sangat maksimal. Terkait dengan protokol kesehatan, seluruh pemain, pelatih, dan ofisial yang berangkat ke Inggris, bukan hanya dilakukan tes swab PCR, tetapi juga sudah divaksinasi dua kali. Jadi persiapan itu sudah cukup baik menurut saya," kata Agung.

"Anda bisa bayangkan betapa anehnya kami yang sudah divaksin, bukan hanya tidak boleh bertanding, tetapi kami juga diminta isolasi 10 hari. Saya kurang paham apakah ini diskriminasi atau tidak. Kalau tidak boleh bertanding ya pulang saja kalau begitu, kan itu seharusnya," tambah dia.

Baca juga: Indonesia Dipaksa Mundur dari All England, PBSI: Kami Tak Berhenti Perjuangkan Kehormatan di Forum Internasional

Hal janggal lainnya adalah saat Muhamad Ahsan/Hendra Setiawan bertanding melawan wakil Inggris non-unggulan, Ben Lane/Sean Vendy, Kamis dini hari, hakim garis pertandingan tersebut orang Inggris.

"Hakim garisnya dari Inggris. Padahal supaya objektif, hakim garis itu seharusnya tidak merupakan bagian dari salah satu pemain yang bertanding," kata Agung.

Adapun tim bulu tangkis Indonesia dipaksa mundur dari gelaran bergengsi All England 2021.

Terkait dipaksa atau ditarik mundurnya tim Indonesia, ofisial Merah Putih mengaku mendapat e-mail dari bagian tes dan penelusuran terkait Covid-19, yakni NHS.

"Anda telah diidentifikasi kontak dengan seseorang yang baru-baru ini dites positif Covid-19. Jadi, Anda harus tinggal di rumah dan mengisolasi diri hingga 23 Maret," demikian bunyi e-mail NHS.

Baca juga: PBSI: Kalau Bertanding di All England, Kita Sangat Berbahaya

"Anda harus melakukan ini, bahkan jika Anda tidak memiliki gejala atau menerima hasil negatif saat dites."

Mengenai e-mail yang didapat itu telah dibenarkan oleh tim dari humas PBSI, Fellya Hartono.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan resmi dari BWF terkait ditarik mundurnya kontingen Indonesia dari All England 2021.

"Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) dan Federasi Bulu Tangkis Inggris mengonfirmasi bahwa sejumlah pemain dan anggota tim dari tim Indonesia telah dihubungi oleh bagian Tes dan Penelusuran, National Health Service (NHS), Pemerintah Inggris."

Baca juga: Indonesia Dipaksa Mundur dari All England, PBSI Sebut Tidak Masuk Akal

"Tim Indonesia diharuskan untuk mengisolasi diri dengan segera terkait temuan adanya penumpang lain, yang terindikasi Covid-19, dalam pesawat yang sama dengan tim Indonesia," demikian pernyataan BWF.

PBSI terus menelusuri satu orang terpapar Covid-19 yang ada dalam satu pesawat dengan tim bulu tangkis Indonesia.

Sebab, sejauh ini, PBSI belum tahu siapa orang yang diduga melakukan kontak dengan 24 ofisial bulu tangkis Indonesia itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Alasan Warga Masih 'Numpang' KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Alasan Warga Masih "Numpang" KTP DKI: Saya Lebih Pilih Pendidikan Anak di Jakarta

Megapolitan
Usai Videonya Viral, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Buang Pelat Palsu TNI ke Sungai di Lembang

Usai Videonya Viral, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Buang Pelat Palsu TNI ke Sungai di Lembang

Megapolitan
NIK-nya Dinonaktifkan karena Tak Lagi Berdomisili di Ibu Kota, Warga: Saya Enggak Tahu Ada Informasi Ini

NIK-nya Dinonaktifkan karena Tak Lagi Berdomisili di Ibu Kota, Warga: Saya Enggak Tahu Ada Informasi Ini

Megapolitan
Remaja yang Dianiaya Mantan Sang Pacar di Koja Alami Memar dan Luka-luka

Remaja yang Dianiaya Mantan Sang Pacar di Koja Alami Memar dan Luka-luka

Megapolitan
Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Dibobol Maling, Total Kerugian Rp 10 Juta

Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Dibobol Maling, Total Kerugian Rp 10 Juta

Megapolitan
Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Dua Begal Motor di Bekasi Terancam Pidana 9 Tahun Penjara

Megapolitan
Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Pakai Pelat Palsu TNI, Pengemudi Fortuner yang Mengaku Adik Jenderal Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Cerita Warga 'Numpang' KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Cerita Warga "Numpang" KTP DKI, Bandingkan Layanan Kesehatan di Jakarta dan Pinggiran Ibu Kota

Megapolitan
Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Gerindra Jaring Sosok Calon Wali Kota Bogor, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Jadi Pendaftar Pertama

Megapolitan
Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Heru Budi: Normalisasi Ciliwung Masuk Tahap Pembayaran Pembebasan Lahan

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Pengemudi Fortuner Arogan Pakai Pelat Palsu TNI untuk Hindari Ganjil Genap di Tol

Megapolitan
Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Dua Kecamatan di Jaksel Nol Kasus DBD, Dinkes: Berkat PSN dan Pengasapan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com