Perlahan-lahan massa mulai dipukul mundur sampai akhirnya tiba di belakang gedung pengadilan. Di sana, polisi memberi waktu bagi massa untuk berorasi selama beberapa menit.
Setelah itu, akhirnya massa ibu-ibu tersebut dengan sukarela membubarkan diri dan meninggalkan kawasan PN Jaktim.
Sementara itu, tim kuasa hukum Rizieq sempat bersitegang dengan polisi di luar gerbang PN Jakarta Timur.
Perdebatan bermula saat polisi tidak mengizinkan semua tim kuasa hukum Rizieq masuk ke PN Jaktim. Polisi hanya memperbolehkan empat pengacara Rizieq untuk masuk, sementara belasan lainnya tertahan di luar pintu gerbang PN Jaktim.
Polisi kemudian meminta para pengacara yang tidak boleh masuk itu untuk menjaga jarak. Sontak, tim kuasa hukum Rizieq kesal.
"Coba contohin dulu bagaimana jaga jarak yang baik, baru kami jaga jarak," kata salah satu pengacara Rizieq dengan nada tinggi.
Mendengar itu, salah satu polisi lalu meminta pengacara Rizieq untuk menghargai aparat yang tengah bertugas.
"Saya juga menghargai saudara. Saya tidak akan melakukan kekerasan," ucap polisi.
Pengacara Rizieq kemudian menganggap pernyataan polisi itu sebagai ancaman.
"Loh kok ngancam, Pak? Jangan ngancam dong," sahut sejumlah pengacara Rizieq kompak.
"Bukan ngancam, saya enggak ngancam. Saya cuma minta jaga jarak. Sudah saya enggak mau banyak ngomong," jawab polisi.
Akhirnya salah satu pengacara Rizieq menenangkan rekannya. Setelah itu, ketegangan sempat mereda.
Namun, menjelang siang hari, pengacara kembali bersitegang dengan polisi. Sejumlah pengacara Rizieq yang baru datang kembali protes karena mereka tak diizinkan masuk.
Mereka marah-marah dan berteriak di harapan polisi yang berjaga di depan gerbang PN Jaktim. Namun polisi tetap melarang mereka untuk masuk.
Di tengah perdebatan itu, tiba-tiba terjadi aksi saling dorong antara polisi dan pengacara Rizieq. Para pengacara Rizieq yang jumlahnya lebih sedikit terpukul mundur. Sebagian pengacara Rizieq terjatuh.