Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Alasan Jakarta yang Menjadi Magnet Urbanisasi

Kompas.com - 24/03/2021, 09:14 WIB
Rindi Nuris Velarosdela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Provinsi DKI Jakarta telah menjadi magnet urbanisasi masyarakat Indonesia sehingga banyak orang yang nekat mengadu nasib di Ibu Kota.

Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2014, tercatat 10 juta orang tingal di DKI Jakarta.

Jumlah tersebut belum termasuk para pekerja dari kota-kota penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. DKI Jakarta bahkan masuk dalam sepuluh besar kota terpadat di dunia.

Jika menilik kembali ke masa lalu, kepadatan di Ibu Kota sudah terjasi sejak tahun 1950-an.
Menurut Sejarawan Susan Blackburn dalam Jakarta Sejarah 400 Tahun, jumlah penduduk di Jakarta pada tahun 1952 adalah 1,782 juta jiwa. Angka tersebut mengalami lonjakan sebesar 823.000 jiwa dibanding tahun 1948.

Jumlah penduduk di Ibu Kota pun terus bertambah seiring berjalannya waktu. Pada tahun 1965, tercatat sebanyak 3,813 juta orang tinggal di DKI Jakarta.

Susan mengatakan, penambahan jumlah penduduk Ibu Kota bukan disebabkan oleh angka kelahiran yang tinggi, melainkan para pendatang dari berbagai daerah.

Baca juga: Jumlah Tempat Tidur Perawatan Pasien Covid-19 di Tangsel Belum Ideal Dibandingkan Total Penduduk

“Pada 1961, sensus pertama setelah 1930 menunjukan bahwa hanya 51 persen populasi kota yang benar-benar dilahirkan di sana, sedangkan sebagian besar penduduk lainnya berasal dari Jawa Barat dan Jawa tengah,” tulis Susan dilansir dari Historia.

Apabila dilihat dari kelompok etnis yang tinggal di DKI Jakarta, Betawi sebagai suku asli Jakarta justru menduduki posisi ketiga setelah Sunda dan Jawa.

Menurut Sejarawan Lance Castles dalam Profil Etnik Jakarta, jumlah kelompok etnis Betawi di Jakarta diperkirakan berjumlah 665.400 jiwa pada tahun 1961.

Sementara kelompok etnis Sunda berjumlah 952.500 jiwa, Jawa dan Madura sebanyak 735.700 jiwa, dan Tionghoa sebanyak 294.000 jiwa.

 

Susan pun membeberkan alasan masyarakat berbondong-bondong bermigrasi ke Jakarta. Pertama, Jakarta kembali menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Migrasi masyarakat dalam jumlah besar mulai terlihat setelah kembalinya pemerintah Republik Indonesia dari Yogyakarta ke Jakarta pada akhir 1949.

Alasan kedua adalah sebagian masyarakat datang ke Jakarta untuk menghindari kerusuhan di daerah asal mereka.

Untuk diketahui, masih terjadi pemberontakan melawan pemerintah Republik Indonesia di sejumlah daerah pada tahun 1950-an, seperti Darul Islam dan laskar-laskar sisa masa revolusi yang belum ditertibkan.

"Di Jawa Barat, Darul Islam merupakan ancaman terbesar terhadap keteraturan dan ketertiban,” tulis Susan.

Alasan lainnya adalah faktor ekonomi. Berdasarkan survei tahun 1953, mayoritas masyarakat memilih pindah ke Jakarta karena ingin mendapatkan kehidupan lebih baik dibanding di pedesaan.

Baca juga: Menaker: 29,12 Juta Penduduk Usia Kerja Terdampak Pandemi

“Sebagai tempat kedudukan pemerintah nasionalis yang baru yang telah menjanjikan bahwa kemerdekaan akan membawa kemakmuran, Jakarta tampaknya menawarkan harapan baru bagi para penduduk pedesaan,” tulis Susan.

Meski begitu, ada pula pendatang yang hanya menetap sementara di Jakarta. Mereka umumnya akan tinggal beberapa bulan di Jakarta dan kembali ke kampung halaman untuk bercocok tanam.

Faktanya kini, kepadatan penduduk di Jakarta berdampak pada segala bidang, terutama perumahan. Banyak masyarakat yang akhirnya memilih mendirikan rumah semi-permanen di pinggir jalan atau bawah jembatan.

Permasalahan pertambahan penduduk di Jakarta masih belum terpecahkan hingga saat ini.

“Walaupun para pemimpin seperti Sukarno memiliki ambisi untuk membuat Jakarta menjadi kota yang indah,” tulis Susan,

“Kenyataannya tugas utama pemerintah kota Jakarta adalah mengatasi pertambahan penduduk yang sangat besar dan kemiskinan warga," tambahnya.

 

Artikel ini telah tayang di Historia.id dengan judul Dari Darul Islam Sampai Ekonomi, Penyebab Orang Datang ke Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Tak Hanya Chandrika Chika, Polisi juga Tangkap Atlet E-Sport Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD City Terpaksa Beli Air Isi Ulang

Megapolitan
Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Buka Pendaftaran PPK, KPU Depok Butuh 55 Orang untuk di 11 Kecamatan

Megapolitan
Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Selebgram Chandrika Chika Ditangkap Polisi Terkait Kasus Penyalahgunaan Narkotika

Megapolitan
Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Polisi Sebut Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Derita Kerugian Puluhan Juta

Megapolitan
Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Sambut Pilkada DKI dan Jabar, PAN Prioritaskan Kadernya Maju di Pilkada 2024 Termasuk Zita Anjaini

Megapolitan
Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Air di Rumahnya Mati, Warga Perumahan BSD Terpaksa Mengungsi ke Rumah Saudara

Megapolitan
Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Pria Tewas di Kamar Kontrakan Depok, Diduga Sakit dan Depresi

Megapolitan
Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Polisi Periksa Empat Saksi Terkait Kasus Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina

Megapolitan
Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mangkir dari Panggilan Polisi

Megapolitan
Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Wanita Hamil Tewas di Kelapa Gading, Kekasih Menyesal dan Minta Maaf ke Keluarga Korban

Megapolitan
Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Terjerat Kasus Penistaan Agama, TikTokers Galihloss Terancam 6 Tahun Penjara

Megapolitan
Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Banyak Warga Jakarta Disebut Belum Terima Sertifikat Tanah dari PTSL

Megapolitan
Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Heru Budi Minta Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel Terhadap Perekonomian Jakarta

Megapolitan
Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Agusmita Terancam 15 Tahun Penjara karena Diduga Terlibat dalam Kematian Kekasihnya yang Sedang Hamil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com