JAKARTA, KOMPAS.com - Tujuan utama ajang balap Formula E yang akan diselenggarakan di Jakarta adalah menjadi panggung untuk mengangkat nama Jakarta di mata dunia. Hal tersebut dikatakan Project Director Sportainment PT Jakarta Propertindo (Perseroda) M Maulana.
Dia mengatakan, acara yang sudah batal dua kali karena pandemi Covid-19 itu, akan memberikan panggung bagi Jakarta di mata dunia.
"Dengan adanya event internasional Formula E di Jakarta atau Jakarta ePrix, maka Jakarta akan menjadi sorotan dunia," kata Maulana dalam keterangan melalui video, Selasa (23/3/2021).
Dampak ekonomi dari kegiatan itu tentu ada, tetapi untung-rugi tidak lagi menjadi tujuan utama penyelenggaraan acara tersebut.
Baca juga: Ekonom: Formula E Tak Akan Berikan Dampak Turisme hingga Investasi, Wajib Dibatalkan
Dari empat poin keuntungan penyelenggaraan Formula E, keuntungan secara ekonomi menjadi poin terakhir yang diharapkan bisa berjalan seiring dengan penyelenggaran Formula E.
Hitung-hitungan keuntungan secara ekonomi pun sempat diragukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Karena kajian keuntungan dilakukan sebelum masa pandemi dan sudah tidak realistis lagi dengan kondisinya adanya pandemi Covid-19.
Dalam Buku I Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemprov DKI Jakarta Tahun 2019 dari BPK Perwakilan DKI Jakarta, BPK dengan tegas meminta untuk dilakukan pengkajian ulang soal rencana kegiatan Formula E itu.
Disebutkan, kajian dampak ekonomi yang dilakukan PT Jakpro bersama jasa konsultan M.I. untuk ajang balap mobil listrik sempat dilakukan pada November 2019 di saat pandemi Covid-19 belum ada. PT Jakpro saat itu melaporkan hasil kajian penyelenggaraan Formula E akan menguntungkan PT Jakpro sebanyak Rp 20-50 miliar dengan modal biaya Rp 200-310 miliar.
Ada juga hasil dampak ekonomi tambahan sekitar Rp 460-540 miliar. Namun hasil kajian tersebut tidak memperhitungkan uang yang dikeluarkan dari Pemprov DKI Jakarta setiap tahun selama periode kerja sama.
BPK lantas mengeluarkan rekomendasi untuk melakukan pengkajian ulang karena hasil kajian tersebut dinilai tidak menggambarkan aktivitas pembiayaan secara menyeluruh.
"Selain itu, kondisi force majeur Covid-19 yang mempengaruhi dan menunda penyelenggaraan Formla E pada tahun 2020, akan turut serta mempengaruhi asumsi dan perhitungan dampak ekonomi yang telah disusun sebelumnya dalam studi kelayakan sebelumnya," kata BPK.
Pakar ekonomi Universitas Tarumanegara, Carunia Mulya Firdausy, menyarankan agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengehentikan rencana penyelenggaraan Formula E.
"Itu menurut saya wajib dikaji ulang bahkan dibatalkan," kata Firdausy.
Menurut Firdausy, penyelenggaraan Formula E saat ada pandemi Covid-19 bisa jadi hanya sekadar seremoni biasa tanpa dampak ekonomi yang signifikan. Dia mengatakan, ajang Formula E tersebut akan terlihat sebagai ajang cari panggung saja untuk Anies Baswedan.
"Nilai ekonominya enggak akan banyak, lebih melihat pada boleh dikatakan ambisi Gubernur (Anies) supaya dapat figur yang bagus di dunia," ucap dia.