Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Hari Ini: 6 Tahun Lalu, Misteri Kematian Akseyna di Danau UI

Kompas.com - 26/03/2021, 05:40 WIB
Theresia Ruth Simanjuntak

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Tepat pada hari ini enam tahun lalu atau 26 Maret 2015, pemuda bernama Akseyna Ahad Dori (19) ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Sempat diduga bunuh diri, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas MIPA UI kemudian disebut pihak kepolisian sebagai korban pembunuhan.

Enam tahun berlalu, kematian Akseyna masih menjadi misteri.

Baca juga: 6 Tahun Kematian Anaknya Tak Terungkap, Ayah Akseyna: Kami Kenyang Diberi Janji, tapi Tak Putus Harapan


Kronologi terungkapnya identitas jasad

Pada Kamis (26/3/2015) sekitar pukul 09.00 WIB, seorang mahasiswa UI bernama Roni bikin geger karena ia melihat jasad mengambang di Danau Kenanga.

Saat ditemukan, jenazah itu mengenakan ransel yang diisi sejumlah batu. Ia pun diduga ditenggelamkan batu-batu tersebut.

Penemuan mayat tanpa identitas itu sontak membuat banyak orang berkumpul di tempat kejadian perkara.

Butuh empat hari bagi pihak kepolisian untuk akhirnya mengidentifikasi jasad yang sudah rusak tersebut sebagai Akseyna.

Baca juga: 6 Tahun Kematian Akseyna: UI Seolah Tak Peduli, Polisi Mengulang-ulang Janji

Hal itu terungkap setelah orang tua Akseyna yang tinggal di Yogyakarta datang ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur, untuk mengidentifikasi jenazah pada Senin (30/3/2015).

Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Agus Salim mengatakan, orang tua korban dapat mengenali sosok Akseyna berdasarkan bentuk hidung.

Selain itu, pakaian dan sepatu pemberian orang tua yang dikenakan almarhum memperkuat keyakinan pihak keluarga Akseyna.

Baca juga: Kejanggalan dalam Surat Wasiat Akseyna yang Jasadnya Ditemukan di Danau UI Enam Tahun Lalu

"Saat pihak keluarga memeriksa jenazah korban, ada kemiripan fisik dari bentuk hidung korban. Selain itu, pakaian dan sepatu pemberian orangtua menambah keyakinan keluarga jika itu memang anaknya," kata Agus kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2015).

Menurut Agus, pihak keluarga sempat mencari tahu keberadaan Akseyna sejak putus kontak beberapa hari terakhir.
Ketika ada kabar penemuan jenazah di Danau Kenanga UI, keluarga langsung menghubungi pihak UI dan juga Polsek Beji dan Polresta Depok.

Mencuatnya dugaan bunuh diri

Polisi kemudian menduga bahwa Akseyna bunuh diri setelah memastikan identitas korban.

Menurut Agus, dugaan itu dikarenakan pihaknya menemukan surat wasiat yang tertempel di dinding kamar kos-kosan Akseyna.

"Dugaan sementara bunuh diri. Kita menemukan semacam surat wasiat korban," jelas Agus.

Baca juga: 5 Tahun Berlalu, Keluarga Bersyukur Polisi Kembali Berupaya Ungkap Kasus Kematian Akseyna

Surat itu adalah tulisan tangan dalam bahasa Inggris yang menyiratkan pesan terakhir korban.

Adapun isi surat itu adalah: "Will not return for please don't search for existence, my apologies for everything enternally."

"Tulisannya pakai bahasa Inggris. Intinya, korban enggak mau dicari dan (meminta) permohonan maaf," lanjutnya.

Surat tersebut sempat diperiksa oleh Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) dan hasilnya, tulisan itu identik dengan tulisan Akseyna.

Baca juga: Petunjuk Penting Kasus Kematian Akseyna hingga PR Polri untuk Mengungkap Penyebabnya

”Dari hasil Puslabfor, tulisan itu identik dengan tulisan korban. Namun masih akan didalami lagi,” kata Kapolres Depok Kombes Ahmad Subarkah, seperti diberitakan Harian Kompas edisi Rabu (6/5/2015).

Akseyna korban pembunuhan

Semakin dalam dan jauh penyelidikan dan penyidikan, pihak kepolisian semakin kurang yakin bahwa Akseyna bunuh diri.

Sebaliknya, polisi menyatakan bahwa Akseyna adalah korban pembunuhan berdasarkan keterangan para saksi, bukti-bukti, dan hasil visum.

Misalnya, ada saksi yang melihat Akseyna masih mengikuti kuliah terakhir pada Senin (23/3/2015), sebelum ia diklaim tidak pulang ke indekost.

Contoh lain adalah tulisan tangan pada surat yang sempat disebut pesan terakhir korban.

Penyidik sempat memanggil saksi ahli grafolog dari American Handwriting Analysis Foundation, Deborah Dewi, untuk memberikan keterangan terkait surat tulisan tangan itu.

Baca juga: Kasus Pembunuhan Akseyna Mandek 6 Tahun, ke Mana UI?

Hasilnya, Debora menyatakan tulisan tangan pada surat itu bukan tulisan tangan Akseyna.

"Yang bisa diketahui adalah korban meninggal diduga bukan karena bunuh diri,” ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti, Kamis (28/5/2015).

Hal lain yang memperkuat dugaan itu ialah hasil visum yang menyimpulkan Akseyna diduga tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke danau.

Sebab, pada paru-paru Akseyna terdapat air dan pasir. Hal itu tidak akan ditemukan bila korban sudah tidak bisa bernapas.

Baca juga: Kasus Akseyna yang Jalan di Tempat dan Janji Kosong Para Kapolres Terdahulu

Kemudian, adanya robekan di bagian tumit sepatu sepatu Akseyna memperkuat dugaan itu. Artinya, korban sempat diseret.

Hasil visum juga memperlihatkan ada luka-luka tidak wajar ditemukan pada wajah Akseyna.

"Luka fisik di wajah yang bersangkutan. Kalau bunuh diri harusnya mulus," ucap Krishna.

Tak pelak, Krishna menyimpulkan korban tidak bunuh diri.

”Danaunya dangkal, kalau dia bunuh diri kenapa tidak nyemplung di laut. Menenggelamkan diri itu proses bunuh diri yang sangat lambat. Kalau mau bunuh diri, kenapa tidak loncat saja dari atap gedung,” sambungnya.

Baca juga: 6 Tahun Kasus Pembunuhan Akseyna Mandek, Pengamat: Ini Penyakit Kepolisian

Sebelumnya, ayah korban, Kolonel (Sus) Mardoto mencurigai kejanggalan-kejanggalan terkait kematian anaknya.

Mulai dari bongkahan batu (konblok) yang ditemukan di tas korban, luka memar di sejumlah bagian tubuh, hingga secarik kertas yang diduga sebagai surat wasiat dari korban.

Mardoto menyangsikan kebenaran surat wasiat tersebut. Ia tak yakin putranya bakal menulis pesan kematian dengan bahasa Inggris.

”Kalau bunuh diri tidaklah perlu melakukan cara serumit itu (menulis surat wasiat),” ujar Mardoto.

Kasus terlalu rumit

Setelah meyakini kasus kematian Akseyna sebagai kasus pembunuhan, pihak kepolisian kembali memeriksa ulang keluarga, teman, dan saksi-saksi lain.

"Kami sedang mengurutkan lagi kronologi kasus ini untuk mencari pelakunya," kata Krishna, Kamis (4/6/2015).

Akan tetapi, polisi menemui banyak kesulitan untuk mengungkapkan kasus ini.

Menurut Krishna, pengungkapan kasus ini cukup sulit karena kondisi sejumlah lokasi yang terkait kematian korban sudah rusak karena dimasuki orang yang tidak berkepentingan.

Pada tahun 2016, Kasat Reskrim Polresta Depok yang dulu dijabat Komisaris Teguh Nugroho mengungkap sulitnya menetapkan tersangka dalam kasus itu.

Kala itu, Teguh yang saat kematian Akseyna pada Maret lalu belum menjabat sebagai Kasat Reskrim mengatakan, jeda waktu dalam pengungkapan identitas dan olah TKP menjadi kunci sulitnya mengungkap kejahatan itu.

"Ada jeda waktu empat hari dari penemuan mayat sampai ketahuan identitasnya. Itu memberi ruang bagi pelaku untuk menghilangkan barang bukti," kata Teguh (5/10/2016).

Baca juga: Teka-teki Kasus Akseyna, Gelap Selama Lima Tahun

Sejak kasus Akseyna mencuat, jabatan Kapolres Depok dan Kapolda Metro Jaya telah berulang kali berganti orang.

Setiap kali pergantian orang, mereka berjanji untuk berupaya maksimal mengungkap kasus tersebut.

Penyelidikan kasus ini memang sempat dibuka lagi pada 2020.

Hal itu diungkapkan Mardoto pada Februari 2020. Dia mengaku tidak mendapat informasi baru selama 1,5 tahun sebelum diinfokan kasus kematian putranya dibuka lagi.

"Minggu kemarin olah TKP baru, membuka kembali. Dari pihak keluarga tentunya merasa bersyukur, kalau ini tetap dibuka dan diselidiki," ujar Mardoto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (12/2/2020)

Akan tetapi, progres nyata masih belum terlihat.

Hingga detik ini, misteri kematian Akseyna setidaknya hanya diketahui satu orang: sang pelaku itu sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Tangkap Komplotan Pencuri yang Beraksi di Pesanggrahan, Polisi Sita 9 Motor

Megapolitan
Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" Bisa Diidentifikasi Lewat Gigi

Megapolitan
Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Melawan Saat Ditangkap, Salah Satu Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditembak Polisi

Megapolitan
Uang Korban Dipakai 'Trading', Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Uang Korban Dipakai "Trading", Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Mengaku Siap Dipenjara

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Siswa SMP yang Gantung Diri di Palmerah Dikenal Aktif Bersosialisasi di Lingkungan Rumah

Megapolitan
Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' Berhasil Diidentifikasi

Identitas 7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" Berhasil Diidentifikasi

Megapolitan
Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Restorasi Rumah Dinas Gubernur DKI Sebesar Rp 22 Miliar Tak Hanya untuk Perbaikan, tapi Juga Penambahan Fasilitas

Megapolitan
Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Komplotan Pencuri Motor di Pesanggrahan Ditangkap Polisi

Megapolitan
Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Komisi A DPRD DKI Desak Pemprov DKI Kejar Kewajiban Pengembang di Jakarta soal Fasos Fasum

Megapolitan
Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Ambil Formulir Calon Wali Kota Bogor Lewat PDIP, tapi Belum Mengembalikan

Megapolitan
Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Tak Bisa Lagi Kerja Berat Jadi Alasan Lupi Tetap Setia Menarik Sampan meski Sepi Penumpang

Megapolitan
Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Teman Siswa yang Gantung Diri di Palmerah Sebut Korban Tak Suka Cerita Masalah Apa Pun

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi untuk Palestina Serukan Tiga Tuntutan Sebelum Membubarkan Diri

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com