Selain itu, pakaian dan sepatu pemberian orang tua yang dikenakan almarhum memperkuat keyakinan pihak keluarga Akseyna.
"Saat pihak keluarga memeriksa jenazah korban, ada kemiripan fisik dari bentuk hidung korban. Selain itu, pakaian dan sepatu pemberian orangtua menambah keyakinan keluarga jika itu memang anaknya," kata Agus kepada Kompas.com, Selasa (31/3/2015).
Hal yang memperkuat dugaan bahwa Akseyna tewas dibunuh adalah hasil visum korban yang menyimpulkan bahwa Akseyna diduga tidak sadarkan diri sebelum dicemplungkan ke danau.
Sebab, pada paru-paru Akseyna terdapat air dan pasir. Hal itu tidak akan ditemukan bila korban sudah tidak bisa bernapas.
Kemudian, adanya robekan di bagian tumit sepatu sepatu Akseyna memperkuat dugaan itu. Artinya, korban sempat diseret.
Hasil visum juga memperlihatkan ada luka-luka tidak wajar ditemukan pada wajah Akseyna.
"Luka fisik di wajah yang bersangkutan. Kalau bunuh diri harusnya mulus," ucap Krishna.
Baca juga: 6 Tahun Kasus Pembunuhan Akseyna Mandek, Pengamat: Ini Penyakit Kepolisian
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti mengatakan pada 2015 bahwa pengungkapan kasus kematian Akseyna cukup sulit.
Ini terjadi lantaran sejumlah lokasi yang terkait dengan kematian korban sudah tidak lagi steril karena dimasuki banyak orang silih berganti, termasuk kamar kos Akseyna.
Pada tahun 2016, Kasat Reskrim Polresta Depok yang dulu dijabat Komisaris Teguh Nugroho mengungkap sulitnya menetapkan tersangka dalam kasus itu.
Kala itu, Teguh yang saat kematian Akseyna pada Maret lalu belum menjabat sebagai Kasat Reskrim mengatakan, jeda waktu dalam pengungkapan identitas dan olah TKP menjadi kunci sulitnya mengungkap kejahatan itu.
"Ada jeda waktu empat hari dari penemuan mayat sampai ketahuan identitasnya. Itu memberi ruang bagi pelaku untuk menghilangkan barang bukti," kata Teguh (5/10/2016).
Tahun demi tahun terus berganti, namun hingga kini pelaku pembunuhan tersebut tidak kunjung diketahui.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.