Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petunjuk Penting Kasus Kematian Akseyna hingga PR Polri untuk Mengungkap Penyebabnya

Kompas.com - 26/03/2021, 07:59 WIB
Rindi Nuris Velarosdela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Akseyna Ahad Dori alias Ace (19) ditemukan meninggal dunia dengan tas berisi batu di punggungnya di Danau Kenanga, Universitas Indonesia, pada 26 Maret 2015.

Enam tahun berlalu, penyebab kematian Akseyna masih menjadi misteri. Padahal, ada beberapa petunjuk yang seharusnya bisa digunakan polisi untuk mengungkap misteri kematian Akseyna.

Misalnya, Akseyna yang masih berkomunikasi dengan sang ibu hingga teman-temannya yang bisa masuk ke kamar kosnya.

Baca juga: 6 Tahun Kematian Anaknya Tak Terungkap, Ayah Akseyna: Kami Kenyang Diberi Janji, tapi Tak Putus Harapan

Berikut kronologi kematian Akseyna hingga janji kosong para Kapolres Depok untuk mengungkap tabir misteri kematian Akseyna.

21 Maret 2015
Akseyna berkomunikasi melalui telepon genggam dengan sang ibu yang tinggal di Yogyakarta.

26 Maret 2015
Sesosok mayat tanpa identitas ditemukan mengambang di Danau Kenanga, Universitas Indonesia.

Baca juga: 6 Tahun Kematian Akseyna: UI Seolah Tak Peduli, Polisi Mengulang-ulang Janji

29 Maret 2015

Ibu Akseyna kembali mencoba menghubungi anaknya. Sebab, Akseyna tidak dapat dihubungi sejak 22 Maret 2015. Hingga akhirnya, telepon sang ibu dijawab pada 29 Maret 2015.

Namun, bukan Akseyna yang menjawab telepon tersebut, melainkan seseorang yang mengaku teman Akseyna. Bahkan, teman-teman Akseyna kala itu diketahui berada di dalam kamar kosnya.

30 Maret 2015
Keluarga Akseyna mendapatkan surat wasiat yang ditemukan di dalam kamar kos. Surat yang disebut ditulis oleh Akseyna itu diberikan langsung kepada ayah Akseyna oleh seseorang bernama Jibril.

Jibril disebut sebagai salah satu teman dekat Akseyna.

Ayah Akseyna meyakini bahwa Jibril adalah orang yang diajak berbicara oleh ibu Akseyna melalui telepon sehari sebelumnya.

Ketika ayah Akseyna dan kepolisian mendatangi kamar kos sang anak, ternyata kamar tersebut sudah dalam keadaan berantakan.

31 Maret 2015
Jenazah Akseyna dimakamkan di Sleman, Yogyakarta, pada pukul 10.00 WIB.

5 Mei 2015
Kapolres Metro Depok yang kala itu dijabat Kombes Ahmad Subarkah menduga Akseyna tewas karena bunuh diri. Namun, polisi masih menyelidiki adanya dugaan Akseyna tewas dibunuh.

Baca juga: Kejanggalan dalam Surat Wasiat Akseyna yang Jasadnya Ditemukan di Danau UI Enam Tahun Lalu

25 Mei 2015
Jabatan Kapolres Metro Depok diganti oleh Kombes Dwiyono. Sama seperti pendahulunya, Dwiyono juga menyebut polisi masih mendalami penyebab kematian Akseyna.

29 Mei 2015
Dir Reskrimum Polda Metro Jaya yang dijabat Kombes Krisna Murti mengatakan, polisi menemukan ada bukti luka lebam di sekujur tubuh Akseyna.

Baca juga: 6 Tahun Kematian Anaknya Tak Terungkap, Ayah Akseyna: Kami Kenyang Diberi Janji, tapi Tak Putus Harapan

4 Juni 2015
Krisna Murti kembali mengungkap fakta terbaru kasus kematian Akseyna. Dia mengatakan, ada bekas sobekan di sepatu Akseyna.

"Sepatu korban robek di bagian kiri dan kanan, maka korban diduga diseret," ujar Krisna di Mapolda Metro Jaya.

11 Juli 2015
Akun Twitter dengan nama @akseyna berkicau sebuah pesan bernada ancaman, yakni "SY JANJI, AKN BLS SMUA PRBUATAN KALIAN TRHDAP ACE, SY AKN BLJR MNJADI “KALIAN” &; TENTUNYA MELAKUKAN HAL SAMA DGN CRA SY SNDIRI, CAMKAN ! -R-"

Namun, akun tersebut langsung dinonaktifkan oleh pemiliknya.

Baca juga: Menilik Kembali Isi Surat Wasiat Akseyna yang Diduga Ditulis Dua Orang Berbeda

16 Mei 2016
Kapolres Metro Depok yang kala itu dijabat Kombes Harry Kurniawan mengatakan bahwa kasus Akseyna masih menjadi prioritas utama dirinya selama menjabat.

"Kalau ada kasus-kasus atensi, saya akan dalami dulu. Akseyna? Insya Allah kasus yang menjadi atensi khusus di Polres maupun Polda kita koordinasikan dengan Polda Metro Jaya. Mohon dukungannya ya," katanya.

 3 Februari 2020

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri yang dijabat oleh Kombes Asep Adi mengatakan, Polres Metro Depok kembali membuka penyelidikan kasus Akseyna.

"TKP pun juga sudah diolah kembali oleh Kapolres (Metro Depok) yang hari ini, yaitu Kombes Azis Andriansyah," ungkap Saputra di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan.

Baca juga: Kasus Pembunuhan Akseyna Mandek 6 Tahun, ke Mana UI?

Namun, hingga kini, polisi belum mengungkap hasil penyelidikan terbaru dari kematian Akseyna.

Enam tahun berlalu, jabatan Kapolres Metro Depok sudah enam kali berganti, dari Kombes Ahmad Subarkah, Kombes Dwiyono, Kombes Harry Kurniawan, Kombes Herry Heryawan, Kombes Didik Sugiarto, hingga terakhir Kombes Azis Andriansyah.

Baca juga: 6 Tahun Kasus Pembunuhan Akseyna Mandek, Pengamat: Ini Penyakit Kepolisian

Namun, tak ada satu pun yang bisa menguak misteri kematian Akseyna.

Terakhir, Kapolres Metro Depok Kombes Imran Edwin Siregar yang menjabat mulai Januari 2021 menyebutkan bahwa kematian Akseyna masih menjadi pekerjaan rumah bagi kepolisian.

"Itu (misteri kematian Akseyna) jadi utang, PR buat Polres Depok. Insya Allah, nanti kami lihat dulu. Saya baru satu hari (menjabat), nanti saya pelajari, nanti insya Allah," kata Imran, 8 Januari 2021.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com