JAKARTA, KOMPAS.com - Mengumpulkan prangko dan benda-benda pos lainnya mungkin bukan lagi hobi yang banyak digemari banyak orang saat ini.
Era surat menyurat yang sudah tergerus digitalisasi membuat masyarakat sulit mendapatkannya, terlebih lagi mengoleksinya sebagai "barang antik".
Meski begitu, hobi filateli ini belum sepenuhnya punah termakan zaman. Masih ada segelintir orang yang tetap konsisten mempertahankannya.
Jusak Johan Handoyo menjadi salah satu orang yang konsisten mengumpulkan prangko serta benda-benda pos lainnya.
Setidaknya, hampir 60 tahun ia menggeluti hobi tersebut.
Sudah puluhan tahun pula Jusak menularkan hobi itu kepada keempat anaknya dan mendiang istrinya, Endang.
Karenanya, mereka dikenal sebagai "Keluarga Prangko" di kalangan filatelis.
Baca juga: Hobi Filateli: Menangguk Cuan Ratusan Juta Rupiah dari Prangko
Lemari-lemari atau bufet di hampir seluruh ruang di rumahnya kini tak lagi berisi pajangan.
Semuanya didominasi oleh album-album berisi prangko hingga kartu pos dari masa ke masa.
"Paling hanya dua lemari ini yang isinya pajangan. Sisanya ya prangko, kartu pos. Jumlahnya ribuan (setiap lemari)," ujar Jusak saat ditemui di kediamannya di kawasan Koja, Jakarta Utara, Senin (29/3/2021).
Dia pun berbagi cerita tentang hobinya, menggali ingatan tentang proses mendapatkan prangko hingga kartu pos yang kini memenuhi seluruh sudut rumahnya.
Ada yang dibelinya saat bertugas sebagai pelayar berkeliling Indonesia dan berbagai negara.
Ada pula yang didapatkan dari hasil pembelian secara lelang dengan harga yang bervariasi.
Ingatan Jusak masih tajam kala menceritakan awal mula hobi mengumpulkan benda-benda pos muncul.
Jusak kecil yang tinggal di Asrama Brimob, Semarang, Jawa Tengah, kerap mengumpulkan prangko dari surat-surat bekas.