Alasannya, ada rasa tidak rela jika koleksi prangko maupun kartu posnya hanya sekadar diperdagangkan.
Ada harapan agar pembeli itu bisa merawat dan menyimpan koleksinya yang berharga.
"Jadi masih agak selektif, dijualnya ke orang yang memang koleksi. Istilahnya, pindah tempat penyimpanan saja karena di sini terlalu banyak," kata Jusak.
Baca juga: Merawat Sejarah lewat Prangko di Museum TMII...
Aktivitas jual beli itu pun menjadi salah satu cara merawat hobi mengoleksi prangko dan benda-benda pos lainnya tetap berjalan.
Hingga kini, Jusak masih aktif mencari prangko maupun benda-benda pos lain lewat sistem lelang yang diadakan para pegiat filateli di Tanah Air.
Pada Agustus 2020 silam, Jusak bersama anak-anaknya memutuskan untuk menyulap rumahnya menjadi galeri benda-benda pos yang dinamai Galeri Sangadji.
Tujuannya tak lain agar bisa melihat-lihat benda-benda pos yang banyak tak dikenal generasi muda dan menarik minat mereka untuk mulai mengoleksinya.
Di samping itu, galeri tersebut juga diperuntukkan bagi pegiat filateli yang ingin melihat langsung koleksinya sebelum membeli.
"Kalau misal anak-anak atau remaja mau lihat-lihat kan bisa. Kalau mau mulai koleksi, boleh dibeli silakan. Enggak usah yang mahal-mahal dulu," kata Jusak.
Banyaknya koleksi yang dimiliki membuat Jusak tidak bisa memastikan jumlah prangko di Galeri Sangadji.
Namun, dia memperkirakan, total prangko yang ada mencapai lebih dari 100.000 lembar.
Baca juga: Prangko, Alat Bayar Pos yang Bermetamorfosis Jadi Benda Bernilai Investasi
Semua tersimpan rapi di dalam album yang diletakkan dalam lemari dan etalase. Ada pula yang dibingkai dan dipajang di hampir seluruh dinding ruangan.
"Yang di lemari ini saja jumlahnya ribuan. Saya pisahkan yang mau beli satuan, ada Rp 500-an per buah, ada yang Rp 2.000. Harga pasarannya itu padahal bisa Rp 15.000-an," kata Jusak sambil menunjuk sebuah lemari berisi lembaran prangko yang dijual murah.
Sejak awal, Jusak berharap Galeri Sangadji bisa menjadi tempat untuk memperkenalkan sekaligus memotivasi generasi saat ini untuk mulai mengoleksi benda-benda pos bersejarah.
Menurut Jusak, semua prangko maupun benda-benda pos lainnya memiliki sejarah dan tak ada yang tidak bernilai, sehingga perlu dijaga dan dikenalkan kepada generasi selanjutnya.