Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Vaksinasi Bermasalah, Ombudsman Sarankan Pemerintah Pusat Ubah Strategi

Kompas.com - 30/03/2021, 11:45 WIB
Singgih Wiryono,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Kantor Ombudsman RI Perwakila Jakarta Raya, Teguh Nugroho, menyarankan pemerintah pusat mengubah strategi pendataan untuk vaksinasi Covid-19.

Usulan itu diajukan setelah muncul banyak masalah pendataan yang terjadi di lapangan saat pelaksanaan vaksinasi Covid-19.

"Ombudsman Perwakilan Jakarta Raya menyarankan agar pemerintah pusat dalam ha ini Kemenkes (Kementerian Kesehatan) mengubah strategi tahapan vaksinasi," kata Teguh dalam keterangan tertulis, Selasa (30/3/2021).

Baca juga: Sudah Suntikkan 10,4 Juta Dosis, Indonesia Masuk 10 Besar Negara dengan Vaksinasi Covid-19 Tertinggi

Menurut Teguh, sebaiknya tahapan tak lagi berdasarkan kelompok rentan saja, tetapi juga berdasarkan regionalisasi episentrum penyebaran Covid-19.

Setidaknya ada 15 daerah yang melaksanakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang memiliki kasus Covid-19 tinggi bisa dijadikan prioritas vaksinasi.

"Hal ini berkaca pada kesuksesan vaksin Measles dan Rubella di tahun 2017 yang memfokuskan pada vaksinasi di wilayah Jawa sehingga mencapai target 95 persen sesuai waktu yang direncanakan," kata Teguh.

Dengan pendekatan tersebut, pemerintah tidak perlu lagi meributkan vaksinasi Covid-19 yang salah sasaran dan bisa mengurangi beban tenaga kesehatan.

Terlebih saat ini, kata Teguh, sudah banyak petugas kesehatan yang merupakan kelompok paling rentan terpapar Covid-19 telah divaksinasi. Sehingga, patut diperhitungkan vaksinasi bisa dilakukan dengan cara berfokus pada wilayah episentrum Covid-19.

"Mungkin saatnya makin fokus pada percepatan vaksinasi agar target kita bersama yaitu kekebalan kelompok tetap terjaga sesuai rencana," kata Teguh.

Sebelumnya, pemerintah pusat telah menetapkan tiga kelompok prioritas yang dijadikan sasaran vaksinasi Covid-19, yaitu tenaga kesehatan, kelompok lansia, dan kelompok pelayan publik.

Namun saat verifikasi data lapangan, terjadi beragam masalah sehingga memungkinkan orang-orang di luar kelompok prioritas ikut divaksinasi.

Sudah banyak kasus vaksinasi Covid-19 yang terungkap tidak tepat sasaran. Kasus pertama adalah penyuntikan vaksinasi selebgram Helena Lim pada penyuntikan tahap 1 untuk petugas kesehatan.

Kasus kedua ditemukan saat penyuntikan vaksin Covid-19 untuk pedagang pasar. Kompas menemukan bahwa kenalan pedagang hingga asisten rumah tangga (ART) si pedagang ikut divaksin. Ketiga adalah penyuntikan keluarga anggota DPR-RI dan merembet ke DPRD DKI Jakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Ratusan Orang Jadi Korban Penipuan Program Beasiswa Doktoral di Filipina

Megapolitan
Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Sejumlah Tokoh Bakal Berebut Tiket Pencalonan Wali Kota Bogor Lewat Gerindra

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com