JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan pemerintah terkait dimulainya pembelajaran tatap muka pada Juli 2021, mendapat tanggapan beragam dari sejumlah orangtua murid.
Sebagian mendukung keputusan itu kerena menilai pembelajaran tatap muka di sekolah akan efektif untuk anak.
Namun, sebagian menolak pembelajaran tatap muka di tengah pandemi karena khawatir sang anak tertular virus corona Covid-19.
Sawitri (36), menjadi salah satu orangtua yang mendukung anaknya untuk sekolah tatap muka.
Sawitri memiliki seorang anak yang kini duduk di kelas 3 sekolah dasar di Tangerang Selatan.
Baca juga: Pemkot Tangsel: Saat Tatap Muka Dimulai, Siswa Boleh Belajar Daring dari Rumah
Ia menilai anaknya akan lebih mudah menyerap pelajaran jika diajarkan langsung oleh gurunya di ruang kelas.
"Kalau di rumah dia bawaannya malas-malasan, mungkin karena sudah kelamaan juga belajar di rumah. Sudah bosan," kata Sawtri, Selasa (30/3/2021).
"Sekolah online malah sering tidak fokus. Tugasnya malah banyak yang tidak dikerjakan," sambung dia.
Soal risiko anak akan tertular Covid-19, Sawitri mengaku tak terlalu khawatir. Jika protokol kesehatan diterapkan dengan tepat, ia meyakini anaknya terhindar dari virus Sars-Cov-2.
"Sekarang juga kan anak saya karena bosan di rumah tetap main juga sama temannya di komplek. Tapi yang penting tetap pakai masker saja," ujarnya.
Nuri Permata (41), juga menyatakan dukungan terhadap rencana pembelajaran tatap muka.
Sebab, ia juga merasa anaknya yang duduk di kelas 8 Sekolah Menengah Pertama dan 6 Sekolah Dasar kesulitan menangkap materi pembelajaran secara daring.
Baca juga: Depok Pilih Hati-hati Putuskan Belajar Tatap Muka di Sekolah
Akhirnya, ia tetap harus mengajarkan ulang materi pembelajaran kepada kedua anaknya.
“Tapi masalahnya tidak semua pelajaran saya bisa mengerti. Pelajaran anak-anak sekarang lebih sulit dibanding dulu. Banyak pelajaran yang saya tidak mengerti,” kata dia.
Oleh karena itu, warga Depok ini menyambut baik jika pembelajaran tatap muka kembali diberlakukan.