JAKARTA, KOMPAS.com - Publik dikejutkan dengan aksi penyerangan seorang terduga teroris di Mabes Polri di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, pada Rabu (31/3/2021) sore.
Dari rekaman CCTV diketahui bahwa terduga teroris bernama Zakiah Aini itu sempat menodongkan senjata ke beberapa anggota Polri yang bertugas di Mabes Polri. Zakiah pun harus dilumpuhkan oleh kepolisian sehingga dia dinyatakan tewas di tempat.
Tak banyak tahu bahwa Mabes Polri adalah gedung perkantoran pertama yang menggunakan konstruksi besi di Indonesia. Gedung tersebut dibangun pada masa kepemimpinan Kapolri pertama, yaitu Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.
Mabes Polri dibangun pada 17 Maret 1952 yang ditandai dengan penanaman pohon beringin oleh Soekanto. Proyek pembangunan Mabes Polri sempat dikritik oleh Menteri Pekerjaan Umum yang kala itu dijabat oleh Ir Laoh karena dianggap terlalu berlebihan.
Baca juga: Profil Zakiah Aini, Pelaku Penyerangan Mabes Polri yang Dukung ISIS
Namun, Soekanto mendapat dukungan dari Presiden Soekarno.
Soekanto membangun gedung itu karena dia bermimpi Mabes Polri bisa menampung ribuan anggota polisi. Pasalnya, saat itu, kepolisian belum memiliki markas sendiri.
Sebelum Mabes Polri, markas kepolisian menyatu dengan Kementerian Dalam Negeri di Jalan Veteran.
Kala itu, TNI belum memiliki gedung semegah Mabes Polri. Maka, tak heran jika pembangunan Mabes Polri sempat disebut ide gila.
“(Gedung) itu dibangun tahun 1950-an. Pernah dikatakan gila lho sama yang lain,” kata Ambar Wulan, sejarawan yang mengkaji kepolisian kepada Historia.
Pembangunan gedung tiga lantai itu rampung pada tahun 1955. Peresmian ditandai dengan perhelatan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, bersamaan dengan perayaan ulang tahun Djawatan Kepolisian Nasional (DKN) atau Polri pada 1 Juli 1955.
Baca juga: Sosok Zakiah Aini Penyerang Mabes Polri, Simpatisan ISIS, Mahasiswi DO yang Tertutup
Setelah resmi berdiri, Soekanto memerintahkan memasang tulisan "Departemen Kepolisian Negara" di pintu masuk Mabes Polri. Tulisan itu bertujuan untuk menunjukkan bahwa gedung tersebut milik Kepolisian RI.
Namun, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo memerintahkan Soekanto untuk mengganti tulisan menjadi "Djawatan Kepolisian Negara".
Harapan Soekanto untuk merubah status DKN menjadi Departemen Kepolisian baru terwujud pada 5 Juli 1959 saat Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk merubah status DKN. Soekanto pun diangkat menjadi Menteri Muda Kepolisian.
Baca juga: Detik-detik Mabes Polri Diserang, Terduga Teroris Masuk lalu Todongkan Senjata ke Polisi
Mabes Polri pernah terbakar pada 15 Januari 1996 sehingga menghanguskan sejumlah dokumen penting negara yang tersimpan di gedung tersebut.
Catatan Harian Kompas pada 16 Januari 1996 menyebutkan, kebakaran tidak menyebabkan korban jiwa. Namun, ruangan di seluruh lantai 3, yakni ruang Asrena (Asisten perencanaan dan anggaran) Kapolri, ruang Puskodalops, serta ruang anggaran dan aula, habis terbakar.
Demikian juga lantai dua yang terdiri dari ruangan Asrena, ruangan Kapolri, serta ruangan Deops Kapolri.
Sedangkan ruang di lantai satu yang habis terbakar adalah ruang Asrena, ruang Binmas, serta aula lobi utama yang bernama "Aula Raden Sukanto".
Selanjutnya, Mabes Polri diperbaiki secara berkala dalam kurun waktu beberapa tahun.
Baca juga: Hasil Otopsi: Terduga Teroris Zakiah Aini Tewas akibat Tembakan di Jantung
Artikel ini telah tayang di Historia dengan judul Cerita di Balik Gedung Mabes Polri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.