Ia mengatakan, longsor di pinggir rumahnya sudah terjadi lima kali. Awalnya, longsor terjadi pada Februari 2020.
“Awalnya dapat sumbangan dari kelurahan Rp 7 juta. Itu bantuan hanya untuk warga terdampak longsor. Di tahun 2020 itu tiga kali longsor, tahun 2021 dua kali longsor,” tambah Rahmat.
Ia mengatakan, sudah pernah melaporkan bencana tanah longsor itu lewat aplikasi JAKI. Setelah itu, ada peninjauan dari pihak kelurahan.
“Setelah itu enggak ada kabar selanjutnya. Itu cuma tinjauan-tinjauan aja. Setelah itu lapor JAKI lagi,” ujar Rahmat.
Ia mengatakan, sudah setahun sejak longsor pertama tak ada penanganan serius. Penanganan berupa penguatan sisi tebing sungai Ciliwung dengan kayu dolken terjadi pada 30 Maret 2021.
“Setahun tahun enggak ditangani. Itu karena alasannya sudah dilimpahkan ke SDA dan BPN,” kata Rahmat.
Tebing Sungai Ciliwung, lanjut Rahmat, sudah berulang kali longsor. Ia mengaku khawatir dengan keadaan longsor di pinggir rumahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.