"Merencanakan belajar tatap muka ini sudah lama. Sebenarnya kami (terpilih) bukan karena tercantum dalam deretan sekolah piloting Dinas Pendidikan," buka Samukin.
"Sejak kita PJJ (pembelajaran jarak jauh) di awal pandemi pun kami sudah merancang suatu saat kita akan tatap muka dengan kebiasaan yang berbeda. Jadi, saya bilang ke para guru: 'Jangan misalnya Senin (depan) masuk, baru Jumat bikin perencanaan'," urainya.
Diakui Samukin, pihaknya tidak pernah menargetkan bisa menjadi sekolah piloting.
"Kami juga tidak menargetkan untuk menjadi contoh, jadi (sekolah) pilot. Target kami memaksimalkan pelayanan. Makanya, apa yang dimampukan sekolah dalam hal ini penyediaan tempat cuci tangan kami maksimalkan," bebernya.
Tak hanya fasilitas, Samukin menekankan bahwa para guru juga bersertifikasi dalam menerapkan kegiatan belajar tatap muka dan daring atau blended learning.
Para guru ikut pelatihan blended learning pada 23-27 Maret lalu.
"Di sekolah ini ditargetkan (punya sertifikat dari pelatihan blended learning) 1 kepala sekolah dan 2 guru. Kenyataannya sudah ada 13 guru yang lulus pelatihan itu," ujar Samukin.
"Harus dipastikan bahwa yang belajar di sekolah tatap muka dapat terlayani dengan baik, yang di rumah juga tidak terabaikan. Inilah tugas berat guru," katanya sambil tertawa.
Baca juga: Kasus Tes Usap Palsu Rizieq Shihab, Kuasa Hukum Pesimistis Eksepsi Diterima Hakim
Belajar tatap muka sempat menimbulkan pro dan kontra dari para orangtua murid.
Mereka cemas mengingat pandemi Covid-19 di Indonesia masih berlangsung. Sehingga, dicemaskan bahwa kegiatan tersebut justru menimbulkan klaster baru.
Samukin menyadari hal tersebut. Karena itu, pihaknya berupaya meyakinkan orangtua siswa dengan mengusahakan perizinan pembukaan sekolah.
"Untuk bisa buka kelas tatap muka di era pandemi ini, syaratnya antara lain mengikuti asesmen seperti kesiapan infrastruktur (sekolah) dan guru. Lalu, guru sudah divaksin," kata Samukin.
Yang tak kalah penting, menurut Samukin, pihaknya telah berkoordinasi dengan lingkungan sekitar sekolah.
"Karena kita ini di tengah masyarakat, maka mau seperti ini (belajar tatap muka) harus permisi sama yang punya wilayah: RT, RW, Bu Lurah Pondok Kelapa, restu Puskesmas kecamatan, hingga Kepala Pelaksana Pendidikan Duren Sawit," ungkapnya.
Pihak sekolah, dipaparkan Samukin, tak hanya mempersiapkan segala protokol kesehatan (prokes) selama kegiatan belajar mengajar tatap muka.