JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang menjadi salah satu objek wisata favorit Ibu Kota sempat mendapat penolakan dari kalangan mahasiswa dan intelektual.
Alasannya adalah karena proyek yang membutuhkan biaya hingga Rp10,5 miliar itu dianggap tidak bermanfaat banyak bagi masyarakat dan mubazir semata.
Gelombang protes pun bermunculan di berbagai daerah, seperti Medan, Jakarta, hingga Malang untuk menentang pembangunan TMII yang dulu disebut Miniatur Indonesia Indah (MII).
“Sama sekali tak bisa dikatakan bahwa proyek MII memang menduduki tempat teratas dalam skala prioritas pembangunan sehingga begitu urgen untuk diwujudkan sekarang juga,” catat Mahasiswa Indonesia, 9 Januari 1972.
Baca juga: Inspirasi TMII Datang dari Thailand dan Amerika Serikat
Aksi protes ini kian memanas usai "peristiwa berdarah" di gedung sekretariat proyek MII di Jalan Matraman Raya pada 23 Desember 1971, seperti dilansir dari Historia.id.
Ketika itu, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Penyelamat Uang Rakyat menyambangi gedung tersebut untuk melakukan demo.
Mereka membentangkan spanduk "Sekretariat Pemborosan Uang Negara".
Tak lama usai aksi bentang spanduk tersebut, sekelompok orang tak dikenal menyerang mahasiswa dengan senjata tajam dan senjata api. Tiga orang terluka.
Dua terkena tusukan belati dan rencong, sementara seorang lainnya tertembak di pahanya, seperti ditulis Harian Kompas.
Baca juga: Peristiwa Berdarah di Balik Pembangunan TMII
Aksi tersebut, nyatanya, tidak menyurutkan niat rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto untuk membangun MII.
Batu pertama pembangunan MII diletakkan pada 30 Juni 1972. Dan pada 20 April 1975, MII resmi dibuka dengan nama Taman Mini Indonesia Indah.
Proyek ini digagas oleh istri Presiden Soeharto, Siti Hartinah atau biasa dipanggil Tien Soeharto, di pengujung tahun 1971.
Ia terinspirasi dari Thai-in-Miniature di Thailand dan Disneyland di Amerika Serikat yang mempromosikan budaya kedua negara tersebut.
"Setelah mengunjungi kedua tempat tersebut, Tien Soeharto menginginkan agar di Indonesia terdapat suatu objek wisata yang mampu menggambarkan kebesaran dan keindahan tanah air Indonesia dalam bentuk mini di atas sebidang tanah yang cukup luas,” tulis Suradi H.P. dkk., dalam Sejarah Taman Mini Indonesia Indah.
Baca juga: TMII Diambil Alih Negara, Plang Kemensetneg Dipasang di Pintu Gerbang
Tien Soeharto dalam Penjelasan tentang Projek Miniatur ‘Indonesia Indah’ berbagi pengalaman ketika berkunjung ke luar negeri. Indonesia sering dipandang kecil oleh bangsa lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.