JAKARTA, KOMPAS.com - Majalah Bobo sudah menjadi bacaan populer anak-anak Indonesia sejak hampir lima dekade terakhir.
Majalah ini terbit pertama kali di Indonesia pada 14 April 1973. Itu artinya Bobo merayakan ulang tahun yang ke-48 pada hari Rabu kemarin.
Meski telah menjadi bacaan favorit banyak anak Indonesia, mungkin masih banyak yang belum tahu sejumlah fakta tentang majalah ini.
Berikut fakta majalah Bobo yang dirangkum Kompas.com, berdasarkan informasi yang ditayangkan akun YouTube Majalah Bobo:
Baca juga: Peringatan Dini Siklon Tropis 94W di Jakarta hingga Hujan Es di Bekasi
Pada mulanya, harian Kompas yang terbit pertama kali pada tahun 1965 membuat halaman khusus untuk anak-anak.
Kemudian, muncul prakarsa dari pendiri surat kabar tersebut, yakni P.K. Ojong dan Jakob Oetama, untuk mengembangkannya menjadi majalah anak-anak.
Mereka lantas mempercayakan pengembangan majalah tersebut kepada J. Adi Subrata dan Tineke Latumeten.
Adi Subrata adalah salah satu pendiri majalah Intisari dan aktif sebagai wartawan harian Kompas. Tineke juga merupakan wartawan harian Kompas.
Baca juga: Sederet Dampak Siklon Tropis 94W yang Bisa Muncul di Jakarta
Harian Kompas kemudian membuat kerjasama dengan majalah Bobo Belanda untuk membuat majalah Bobo di Indonesia.
"Pada 14 april 1973 majalah Bobo pertama kali diterbitkan (di Indonesia)," terang akun YouTube Majalah Bobo.
Majalah tersebut awalnya hanya terdiri dari 16 halaman di kertas koran, dan menjadi majalah anak-anak pertama yang berwarna.
Dahulunya, Bobo merupakan hasil terjemahan.
Kini, isi majalah bobo seluruhnya dikerjakan oleh tim redaksi majalah Bobo di Indonesia. Isinya pun makin variatif.
Baca juga: Penyebab Terjadinya Hujan Es di Bekasi Menurut Penjelasan BMKG
Karena merupakan hasil adaptasi, sejumlah karakter di dalam majalah Bobo Indonesia merupakan karakter yang ada di majalah versi Belanda.
"Isi majalah Bobo Indonesia makin variatif, hanya saja nama dan karakternya masih asli Bobo Belanda," papar akun Youtube Majalah Bobo.
Akun Twitter @potretlawas, yang sering mengulas tentang berbagai potret dan cerita masa lalu, juga mengulas topik ini pada 2018 lalu.
Akun tersebut menjelaskan bahwa Bobo yang memiliki lisensi dari Belanda meng-Indonesia-kan nama tokoh-tokohnya.
Misalnya "Oom Slokop" yang diterjemahkan menjadi "Paman Gembul", "Tante Pieta Secuur" menjadi "Bibi Titi-Teliti, dan "Simmie Suiker & Rongrong" menjadi "Bona dan Rong Rong".
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Betul, Bobo lisensi dari Belanda. Mulanya terjemahan, lalu dikerjakan sendiri. Nama tokohnya di-Indonesia-kan:
• Krabbel: Coreng
— Potret Lawas (@potretlawas) July 23, 2018
• Boemsi: Upik
• Tsjoek-tsjoek: Tut-tut
• Tante Pieta Secuur: Bibi Titi-Teliti
• Oom Slokop: Paman Gembul
• Tante Deur-Dicht: Bibi Tutup-Pintu https://t.co/Eup1oSp6DD
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.