Untuk penghapusan aset, ada prosedur panjang. Sudin Bina Marga Jakarta Pusat harus bersurat terlebih dulu ke Suku Badan Pengelolaan Aset Jakarta Pusat.
"Sejak Maret 2021 sudah dikirim suratnya tapi belum ada jawaban ke depannya," kata Yudha.
Plt Kepala Suku Badan Pengelolaan Aset Jakarta Pusat, Gigih, mengatakan, pihaknya sudah menerima surat permohonan penghapusan aset itu. Pihaknya pun segera menindaklanjuti surat itu dengan memanggil warga yang mengusulkan penghapusan aset.
"Kami akan memanggil semua pihak yang mengajukan penghapusan aset JPO Kali Sentiong," ujar Gigih.
Menurut Gigih, pihaknya akan mengkaji dan memperdalam lagi terkait alasan warga meminta pembongkaran JPO itu. Setelah itu, pihaknya akan meneruskan permintaan penghapusan aset ini kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Setelah Gubernur DKI Jakarta menerbitkan izin penghapusan aset, maka akan digelar tahapan lelang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
"Proses penghapusan aset rampung hingga proses lelang diperkirakan memakan waktu paling cepat 3 hingga 4 bulan ke depan," ujarnya.
Bahkan prosesnya bisa lebih lama jika lelang tahap pertama tidak ada yang ditetapkan sebagai pemenang. Sebab, harus dilakukan lelang ulang.
Camat Johar Baru Nurhelmi Savitri mengakui bahwa tawuran antar pemuda kerap terjadi di wilayahnya sejak dulu. Namun ia sendiri mengaku tidak pernah tahu apa yang menjadi penyebab dari aksi tawuran tersebut.
"Kalau ditanya penyebabnya, dari dulu sampai sekarang enggak ada penyebabnya. Penyebabnya lagi pengen tawuran aja kali," kata Nurhelmi.
Terakhir, aksi tawuran terjadi pada Minggu (4/4/2021). Aksi tawuran terjadi di dua lokasi, yakni di Jalan Pulo Gundul dan di Jalan Bala Dewa. Aksi kedua tawuran dapat diredam dengan gas air mata dari petugas kepolisian. Namun, para pemuda yang terlibat tawuran itu langsung kabur dan tak diproses lebih lanjut oleh pihak kepolisian.
"Durasi tawuran enggak lama, paling 5-10 menit selesai. Lalu polisi datang pakai gas air mata. Jadi enggak kayak di tempat lain yang lama. Kita mah sebentar," ujar Nurhelmi.
Meski demikian, Nurhelmi mengklaim intensitas tawuran di Johar Baru saat ini sudah jauh berkurang dibandingkan dulu. Menurut dia, penurunan mulai terjadi saat ia sudah menjabat sebagai camat pada Februari 2019.
"Jelas menurun. Dulu waktu saya lurah sehari bisa lima kali. Sekarang sebulan 3 kali paling tawurannya," ujar dia.
Nurhelmi menyebut turunnya intensitas tawuran karena kesadaran masyarakat yang sudah mulai membaik. Jajaran Kecamatan, TNI dan Kepolisian juga berupaya mengandeng para tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.