"Kayak (contoh istilah lain): 'umpan membelah lautan'. Saya mendeskripsikan, wah berarti umpan jauh nih. Umpan diagonal. Kemungkinan kayak begitu," imbuhnya.
Bagi Oki, Valentino adalah komentator yang informatif saat membawakan pertandingan terlepas dari istilah-istilah unik yang ia lontarkan.
"Justru menurut saya (Valentino) informatif. Misalnya dia ngomong: 'Riko berhasil melakukan 362'. Orang-orang nanya: '362 apaan sih?'. Oh, itu Pasal Pencurian kan? Ohh.. Berarti Riko mencuri bola," jelas Oki.
"Ada lagi: 'Riko mengirim bola dan akhirnya Pasal 378 (pasal yang mengatur penipuan)'. Ohh.. berarti Riko berhasil menggocek lawan," sambungnya.
Ketimbang ikut kontroversi, Oki memilih menghormati gaya para komentator sepak bola yang berbeda selama ia sendiri memang terbantu untuk menikmati tayangan olahraga favoritnya.
"Begini, komentator punya gayanya masing-masing. Valent itu punya gaya yang berbeda. Terkadang, gayanya itu bisa bikin suasana lebih rame, lebih seru," kata Oki.
"Jadi, enggak ada masalah selama dia enggak pakai kata-kata kasar. Kalau tidak suka, kecilin aja (volume suara) TV-nya," lanjutnya.
Baca juga: Dalam 30 Menit, Pencuri Gasak Motor Trail yang Digembok 3 Lapis di Pasar Rebo
Bagi Oki yang mencintai sepak bola sejak kanak-kanak, sosok yang membantunya dapat menikmati ketegangan menyaksikan olahraga itu adalah keberadaan komentator di televisi.
Komentator membanyunya untuk memahami jalannya pertandingan terutama saat ia menonton tayangan itu sendirian.
"Yang paling seru komentatornya. Kita (para tunanetra) dapat mengikuti tayangannya ya melalui mereka itu," ujar Oki.
Menurutnya, komentator yang baik adalah yang bisa menjelaskan jalannya pertandingan.
"Semakin mereka bisa mendeskripsikan jalannya pertandingan dengan baik, maka (gambaran) bisa diterima dengan baik oleh saya," ucap Oki.
Baca juga: MRT Jakarta: Banyak Cagar Budaya Jadi Tantangan Pembangunan Fase 2A
Selain itu, komentator harus bisa membawa suasana dari lapangan menuju ke para penonton yang menikmati di depan layar kaca.
"Komentator yang baik itu yang bisa bawa suasana. Ada komentator yang ketika bolanya ada di mana, dia ngomongnya masih santai. Aduh, ini pertandingan masih berjalan, dia malah menjelaskan yang lain. Jadi yang tunanetra tidak bisa ikut dalam suasana (pertandingannya)," jelas Oki.
Oki sendiri menyukai komentator informatif yang menceritakan sejarah saat pertandingan berlangsung.
Namun, ia menilai ada beberapa komentator yang tidak tepat dalam menempatkan sejarah saat live commentary.
"Menceritakan sejarah penting juga. Tapi, penempatannya. Kalau bola lagi out atau bola masih di belakang (tim yang sedang menyerang), masih ball possession, tidak apa-apa ngomongin sejarah," ucap Oki.
"Tapi, ada yang masih ngomongin sejarah pas bola sudah ada di depan (gawang lawan) dan tiba-tiba gol. Itu agak kaget. Ada beberapa (komentator) kayak gitu sih," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.