JAKARTA, KOMPAS.com - Platform kualitas udara iqair.com merilis sejumlah kualitas udara di beberapa kota besar di dunia.
Pada Senin (19/4/2021) pukul 10.49 WIB, iqair.com merilis DKI Jakarta sebagai kota keempat dengan kualitas udara terburuk di dunia.
Urutan pertama dengan indeks kualitas udara/air quality indeks (AQI) tertinggi adalah New Delhi India dengan nilai AQI di angka 177, disusul Wuhan China dengan nilai AQI 153.
Urutan ketiga terdapat Beijing dengan nilai AQI sebanyak 153, dan DKI Jakarta dengan nilai AQI 152.
Indeks AQI Jakarta dengan nilai 152 tersebut dikategorikan sebagai kategori tidak sehat dengan polutan utama PM 2.5.
Baca juga: Tanggapi Foto Gunung Gede Pangrango, Wagub DKI: Kualitas Udara Jakarta Semakin Baik
Iqair.com juga merekomendasikan agar warga Jakarta tidak beraktivitas di luar rumah karena polusi udara yang begitu tinggi.
Bila keluar rumah, disarankan untuk menggunakan masker yang bisa menyaring udara agar tidak terpapar polusi yang begitu tinggi.
Selain itu, untuk menghindari polusi udara masuk ke dalam rumah, warga Jakarta disarankan untuk menutup jendela dan menyalakan pemurni udara.
Kualitas udara Jakarta dalam tiga hari terakhir juga tercatat tidak sehat. Iqair.com mencatat, sejak Jumat (16/4/2021), lalu kualitas udara di Jakarta selalu di atas 150 AQI dengan kategori merah atau tidak sehat.
Kondisi udara Jakarta sebelumnya sempat membaik selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
Baca juga: Anies: PSBB Bawa Dampak Positif Kualitas Udara Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, PSBB membawa dampak positif terhadap kualitas udara di Ibu Kota.
Dia mengatakan, langit di Jakarta menjadi biru cerah karena berkurangnya polusi udara di karena PSBB.
"PSBB yang sedang berlangsung juga membawa dampak positif bagi lingkungan. Terbukti dengan langit biru cerah, berkurangnya polutan dan kualitas udara yang baik," ujar Anies dalam akun Facebooknya, Sabtu (14/2/2021).
Anies menjelaskan, PSBB membuat banyak orang menerapkan gaya hidup baru termasuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasi ramah lingkungan.
Dia mengatakan, pandemi Covid-19 memberikan harapan untuk lingkungan hidup yang lebih baik.
Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Tak Membaik Selama Masa Social Distancing