JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurrachman sempat ramai diperbincangkan ketika foto yang menampilkan dirinya tengah shalat berjemaah dengan mahasiswa menjadi viral.
Dalam foto tersebut, Dudung nampak menjadi imam saat shalat berjamaah dengan mahasiswa yang berdemo menolak omnibus law Undang-Undang Cipta Kerja di Jalan Medan Merdeka Barat, pada 8 Oktober 2020.
Dudung pun bercerita panjang tentang pengalamannya menghadapi para mahasiswa tersebut hingga menjadi imam saat shalat berjemaah.
Baca juga: Dudung Abdurachman, Loper Koran Jadi Jenderal
Cerita itu diungkapkan Dudung kepada Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam tayangan "BEGINU S2 EPS6: Dudung Abdurachman, Loper Koran dan Keberanian Bersikap Jenderal TNI" di Kanal YouTube Kompas.com.
Dudung bercerita, awalnya para mahasiswa itu memaksa untuk bisa masuk ke Istana.
Saat itu, Dudung sempat memegang pistol untuk menakuti mereka agar tidak bertindak brutal.
"Jadi pada saat saya berhadapan dengan mereka, mereka memaksakan kehendak akan ke Istana, mereka memaksakan kehendak," kata Dudung.
"Saya bilang kalau memaksakan kehendak kalian berhadapan dengan saya, ya saya pegang pistol saya saja, saya enggak akan tembak tapi saya takut-takuti lah biar dia tahu kalau saya tidak takut sama mereka," sambungnya.
Tak lama setelah Dudung mengatakan itu, adzan berkumandang.
Para mahasiswa itu mengajak Dudung dan pasukannya untuk shalat berjemaah dan meminta Dudung menjadi imam.
Baca juga: Perintahkan Copot Baliho Rizieq Shihab, Siapa Sosok Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman?
Dudung pun menyambut baik permintaan tersebut.
"Terus mereka, 'Gimana Pak, adzan berkumandang, bagaimana kalau kita shalat berjemaah?'. Oke, saya bilang mari kita shalat," tutur Dudung.
"Mereka minta saya pimpin, saya yakin bahwa ini kita berhadapan dengan Yang Maha Kuasa, enggak mungkin ada yang macam-macam," tambahnya.
Setelah memimpin shalat, Dudung kemudian memberi penjelasan tentang omnibus law kepada para mahasiswa dengan ringkasan selebaran yang dibagikan.
"Setelah mereka baca selebaran itu, kan itu ringkasan saja, mereka banyak yang paham rupanya, akhirnya dialog kita dengan mereka," ujar Dudung.
Para mahasiswa itu kemudian berniat untuk bubar dan meminta Dudung mengawal mereka.
"Mereka bilang 'Pak kami mau kembali, cuma itu ada polisi ada TNI' mohon dikawal. Oke kami kawal, 15 (orang) di kanan, 12 (orang) di kiri. Akhirnya pulang mereka, sudah selesai, enggak jadi duduk di Istana," kata Dudung.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.