Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2021, 12:34 WIB
Ira Gita Natalia Sembiring,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima Kodam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengungkapkan alasannya berani membuat keputusan-keputusan tegas yang tak jarang memicu kontroversi.

Salah satunya mencopot baliho bergambar Rizieq Shihab, yang saat itu menjadi pemimpin Front Pembela Islam (FPI).

Dudung bercerita panjang kepada Pemimpin Redaksi Kompas.com Wisnu Nugroho dalam tayangan "BEGINU S2 EPS6: Dudung Abdurachman, Loper Koran dan Keberanian Bersikap Jenderal TNI" di Kanal YouTube Kompas.com.

Baca juga: Cerita Pangdam Jaya Hadapi Mahasiswa Tolak Omibus Law hingga Jadi Imam Shalat Berjemaah

Awalnya, Wisnu menjabarkan beberapa peristiwa yang membuat Dudung menarik perhatian publik.

"Pak Dudung dilantik Agustus 2020 ya? Setelah itu banyak rangkaian peristiwa yang membuat banyak orang menengok 'wah Pak Dudung siapa nih?'" kata Wisnu.

"Dari orasi di Taman Makam Pahlawan, yang Omnibus Law sebelumnya baliho-baliho yang diturunkan," sambungnya.

Prajurit TNI menertibkan spanduk tidak berizin saat patroli keamanan di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (20/11/2020). Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman, memerintahkan jajarannya untuk mencopot spanduk dan baliho pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Prajurit TNI menertibkan spanduk tidak berizin saat patroli keamanan di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (20/11/2020). Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman, memerintahkan jajarannya untuk mencopot spanduk dan baliho pemimpin Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.

Kemudian Wisnu bertanya-tanya dari mana datangnya keberanian Dudung bertindak seperti itu.

Baca juga: Dudung Abdurachman, Loper Koran Jadi Jenderal

Dudung menjelaskan, sebagai seorang pemimpin dia harus tegas dalam mengambil keputusan.

"Ciri pemimpin itu satu, dia harus berani ambil keputusan, kalau keputusan itu benar berarti bagus. Kalau keputusan itu salah, masih bagus daripada tidak berani sama sekali," ucap Dudung.

"Saya pikir apa yang harus saya buat untuk bangsa ini apalagi di DKI Jakarta ini kan barometer. Kalau Jakarta aman, semuanya akan aman," sambungnya.

Selain itu, Dudung juga tak ingin berada di zona nyaman kepemimpinannya. Bahkan ia mengaku tak takut kehilangan jabatan karena keputusan yang dia ambil.

Baca juga: Pangdam Jaya: 900 Spanduk Rizieq Shihab Sudah Dicopot

Dudung memahami betul setiap tindakannya tentu memiliki risiko.

"Saya enggak mau datar-datar saja, saya cari aman saja, saya enggak mau. Ah yang penting aman, saya takut dicopot jabatan, saya enggak. Selagi kepentingan untuk Merah Putih, untuk republik ini jangan ragu, jangan setengah-setengah, saya berbuat begitu saja," tutur Dudung

"Mula-mula sadar bahwa hidup ini mengandung risiko, tetapi kalau hati nurani ini kuat, apapun yang kita hadapi. Kita harus berani, termasuk menghadapi risiko itu sendiri," tambahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Aksi Ayah di Jagakarsa Bunuh 4 Anak Kandungnya Bermula dari 'Nina Bobokkan' Si Bungsu

Aksi Ayah di Jagakarsa Bunuh 4 Anak Kandungnya Bermula dari "Nina Bobokkan" Si Bungsu

Megapolitan
Divonis Penjara Seumur Hidup, 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur Diberi 3 Hak Tanggapi Putusan

Divonis Penjara Seumur Hidup, 3 Oknum TNI Pembunuh Imam Masykur Diberi 3 Hak Tanggapi Putusan

Megapolitan
Polisi: Pelaku Begal di Flyover Kranji Terancam 9 Tahun Penjara

Polisi: Pelaku Begal di Flyover Kranji Terancam 9 Tahun Penjara

Megapolitan
Ayah Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Sempat Tusuk Perutnya Pakai Pisau

Ayah Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Sempat Tusuk Perutnya Pakai Pisau

Megapolitan
Motornya Mogok, Pemuda Dibegal Saat Tunggu Jemputan di Flyover Kranji

Motornya Mogok, Pemuda Dibegal Saat Tunggu Jemputan di Flyover Kranji

Megapolitan
3 Oknum TNI Pembunuh Imam Maskur Usai Vonis: Siap Seumur Hidup, Siap Dipecat!

3 Oknum TNI Pembunuh Imam Maskur Usai Vonis: Siap Seumur Hidup, Siap Dipecat!

Megapolitan
Pemkab Bekasi Bentuk Tim Pengawas untuk Jaga Netralitas ASN Jelang Pemilu 2024

Pemkab Bekasi Bentuk Tim Pengawas untuk Jaga Netralitas ASN Jelang Pemilu 2024

Megapolitan
Dua dari Tiga Begal di 'Flyover' Kranji Ditangkap, Sempat Kabur Naik Angkot

Dua dari Tiga Begal di "Flyover" Kranji Ditangkap, Sempat Kabur Naik Angkot

Megapolitan
Kontrakan Terbakar akibat Ledakan Tabung Gas Bocor, 3 Warga di Ciledug Terluka Bakar

Kontrakan Terbakar akibat Ledakan Tabung Gas Bocor, 3 Warga di Ciledug Terluka Bakar

Megapolitan
Mayat Perempuan Ditemukan di Apartemen Bogor, Ada Luka di Punggung dan Leher

Mayat Perempuan Ditemukan di Apartemen Bogor, Ada Luka di Punggung dan Leher

Megapolitan
Korban Sebut Ciri Pelaku yang Remas Payudara di Tangsel: Tubuhnya Gempal dan Berkumis

Korban Sebut Ciri Pelaku yang Remas Payudara di Tangsel: Tubuhnya Gempal dan Berkumis

Megapolitan
Bocah Laki-laki di Koja Diduga Dicabuli Pelatih Silatnya

Bocah Laki-laki di Koja Diduga Dicabuli Pelatih Silatnya

Megapolitan
Tulisan “Puas Bunda Tx For All” Ditulis dengan Darah Ayah Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa

Tulisan “Puas Bunda Tx For All” Ditulis dengan Darah Ayah Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa

Megapolitan
Polda Metro Sebut Bukan SYL yang Laporkan Dugaan Pemerasan oleh Firli Bahuri

Polda Metro Sebut Bukan SYL yang Laporkan Dugaan Pemerasan oleh Firli Bahuri

Megapolitan
Ayah Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Tinggal Berhari-hari dengan Jenazah, Tak Makan dan Minum

Ayah Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Tinggal Berhari-hari dengan Jenazah, Tak Makan dan Minum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com