JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagai masjid nasional, Masjid Istiqlal tak hanya dibangun dengan ukuran asal besar.
Masjid yang dirancang oleh seorang Nasrani bernama Friedrich Silaban ini memiliki makna tersendiri di setiap lekuk arsitekturnya.
Dalam desainnya, Friedrich memasukkan banyak simbol dan makna yang merupakan perpaduan antara Islam dan Indonesia.
Kubah Masjid Istiqlal memiliki diameter 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia, 1945. Terdapat ukiran ayat kursi yang melingkari bagian dalam kubah.
Masjid tersebut juga ditopang oleh 12 tiang yang melambangkan hari kelahiran Nabi Muhammad yang jatuh di tanggal 12 Rabiul Awwal.
Baca juga: Sejarah Panjang Masjid Istiqlal: Dicanangkan Soekarno, Diresmikan Soeharto, Direnovasi Jokowi
Selain itu, Masjid Istiqlal memiliki empat lantai balkon dan satu lantai dasar. Kelima lantai ini melambangkan 5 Rukun Islam, jumlah shalat wajib dalam sehari, serta jumlah sila dalam ideologi negara Indonesia, Pancasila.
Lalu di bagian luar masjid, terdapat menara yang memiliki tinggi 6.666 sentimeter. Angka ini melambangkan keseluruhan jumlah ayat dalam Al-Quran.
Menara masjid yang hanya berjumlah satu ini melambangkan tanda keesaan Allah.
Di Masjid Istiqlal juga terdapat bedug raksasa yang terbuat dari pohon kayu meranti.
Di bedug tersebut terdapat ukiran kaligrafi berbahasa Arab gundul yang jika diperhatikan menyerupai sosok Semar dalam dunia perwayangan Jawa.
Baca juga: Friedrich Silaban, Seorang Nasrani yang Pelajari Wudu dan Shalat demi Rancang Masjid Istiqlal
Friedrich berkeliling Indonesia dan melihat beberapa masjid di dunia untuk mempelajari dan merancang desainnya itu.
Meski begitu, ia menegaskan bahwa rancangan masjid itu merupakan asli dan tidak meniru bangunan manapun.
"Arsitektur Istiqlal itu asli, tidak meniru dari mana-mana, tetapi juga tidak tahu dari mana datangnya," kata Friedrich seperti dilansir dari pemberitaan Harian Kompas.
"Patokan saya dalam merancang hanyalah kaidah-kaidah arsitektur yang sesuai dengan iklim Indonesia dan berdasarkan apa yang dikehendaki orang Islam terhadap sebuah masjid," bebernya.
Sebagai seorang Kristiani, Silaban mengalami pergulatan batin ketika merancang bangunan yang dijadikan tempat ibadah umat Islam tersebut.