Selama membuat sketsa masjid, ia selalu berdoa.
"Tuhan, kalau di mata-Mu saya salah merancang masjid, maka jatuhkanlah saya, buatlah saya sakit supaya gagal. Tapi jika di mata-Mu saya benar, maka menangkanlah saya," ujar Poltak Silaban, putra ketiga Silaban, menirukan doa ayahnya, seperti dilansir Historia.id.
Tuhan ternyata mengabulkan doa Silaban. Karyanya yang bertajuk "Ketuhanan" dipilih oleh Presiden Soekarno, yang memimpin sayembara guna mendapat rancangan masjid terbaik sekira tahun 1955.
Kemenangan Silaban memang sempat mengundang perdebatan. Namun, hal itu tidak berlangsung lama.
Akhirnya, pada Tanggal 24 Agustus 1961, pembangunan Masjid Istiqlal dimulai dengan mengacu pada desain yang dirancang Silaban.
Dimulainya pembangunan itu ditandai dengan pemancangan tiang pertama oleh Presiden Soekarno.
Namun, pembangunan Masjid Istiqlal ternyata tidak berjalan mulus karena situasi politik dan ekonomi yang kurang kondusif.
Hingga penghujung masa pemerintahan Soekarno pada 1967, bangunan masjid masih merupakan pilar-pilar beton yang tegak berdiri tanpa atap.
Namun, pada akhirnya pemerintahan Presiden Soeharto melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal.
Baca juga: Mengenal Silaban Dome, Kubah Masjid Istiqlal yang Dibuat Sampai Konsultasi ke Jerman
Akhirnya, Masjid Istiqlal rampung dibangun dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.
Total, dibutuhkan waktu 17 tahun untuk membangun masjid terbesar di Asia Tenggara itu.
Sejak diresmikan Soeharto, Masjid Istiqlal terus digunakan oleh umat Islam untuk beribadah. Masjid Istiqlal juga kerap dikunjungi oleh para wisatawan mulai dari lokal dan mancanegara, baik yang beragama muslim maupun non muslim.
Masjid ini juga sekaligus menjadi simbol toleransi dan keharmonisan antar umat beragama karena letaknya yang persis berada di sebrang Gereja Katedral.
Kini, sudah 43 tahun lebih Istiqlal berdiri, desain arsitektur yang dirancang Friedrich Silaban masih tetap dipertahankan.
Masjid Istiqlal memang baru saja rampung direnovasi besar-besaran pada tahun 2020 lalu.