Meski tak memiliki hubungan darah langsung dengan keluarga Cai pendiri masjid, dia bisa membaca tulisan mandarin klasik dan bercerita makam tersebut merupakan makam istri pendiri Masjid Jami Kebon Jeruk.
Warga sekitar mengenal perempuan yang dimakamkan di Masjid Jami Kebon Jeruk itu bernama Fatimah Cai. Tapi, ada juga yang menyebut namanya adalah Aisyah.
"Tapi yang populer Fatimah, marga asli Cai," kata Koh Ali.
Selain di batu nisan, terdapat tulisan mandarin kuno di makam yang bertuliskan tentang asal muasal dari orang yang dikubur di makam itu.
Wanita itu berasal dari Kabupaten Zhong Yang dan meninggal pada masa Dinasti Qing Kaisar Qian Long di tahun Ren Zi.
"Kalau dilihat, Kabupaten Zhong ada di Provinsi Shanxi," ucap dia.
Koh Ali mengatakan, banyak yang menyebut Fatimah Cai adalah seorang Tionghoa yang memeluk agama Islam sejak awal hidupnya, bukan seorang mualaf yang memeluk Islam ketika berada di nusantara.
Baca juga: Sejarah Masjid Cut Meutia, Pernah Jadi Kantor MPRS Sebelum Dijadikan Tempat Ibadah
Dia menyebutkan, Islam di Tionghoa banyak berkembang sebelum Mongolia menguasai dinasti China.
Seperti Cheng Ho misalnya, laksamana yang dikenal mengembara sampai ke nusantara, membawa Islam masuk ke Indonesia, khususnya di pesisir utara Pulau Jawa.
"Dia bukan mualaf, asli dari China sudah beragama Islam," ucap Koh Ali.
China muslim sebenarnya tidak terlalu mengejutkan di daerah Glodok. Corak masjid dengan dekorasi pecinan tidak hanya bisa ditemukan di Masjid Jami Kebon Jeruk.
Ornamen Masjid Lautze di Kelurahan Karang Anyar, Sawah Besar, yang juga dekat dengan wilayah Glodok, sangat terlihat jelas corak mandarinnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.