"Tapi yang populer Fatimah, marga asli Cai," kata Koh Ali.
Selain di batu nisan, terdapat tulisan mandarin kuno di makam yang bertuliskan tentang asal muasal dari orang yang dikubur di makam itu.
Wanita itu berasal dari Kabupaten Zhong Yang dan meninggal pada masa Dinasti Qing Kaisar Qian Long di tahun Ren Zi.
"Kalau dilihat, Kabupaten Zhong ada di Provinsi Shanxi," ucap dia.
Koh Ali mengatakan, banyak yang menyebut Fatimah Cai adalah seorang Tionghoa yang memeluk agama Islam sejak awal hidupnya, bukan seorang mualaf yang memeluk Islam ketika berada di nusantara.
Baca juga: Sejarah Masjid Cut Meutia, Pernah Jadi Kantor MPRS Sebelum Dijadikan Tempat Ibadah
Dia menyebutkan, Islam di Tionghoa banyak berkembang sebelum Mongolia menguasai dinasti China.
Seperti Cheng Ho misalnya, laksamana yang dikenal mengembara sampai ke nusantara, membawa Islam masuk ke Indonesia, khususnya di pesisir utara Pulau Jawa.
"Dia bukan mualaf, asli dari China sudah beragama Islam," ucap Koh Ali.
China muslim sebenarnya tidak terlalu mengejutkan di daerah Glodok. Corak masjid dengan dekorasi pecinan tidak hanya bisa ditemukan di Masjid Jami Kebon Jeruk.
Ornamen Masjid Lautze di Kelurahan Karang Anyar, Sawah Besar, yang juga dekat dengan wilayah Glodok, sangat terlihat jelas corak mandarinnya.
Halaman belakang masjid identik dengan kebun yang dipenuhi dengan pohon jeruk kala itu, sehingga dinamakan menjadi Masjid Jami Kebon Jeruk.
Renovasi dilakukan bertahap seiring dengan semakin banyaknya jemaah yang beribadah di tempat itu.
Sampai pada 1974, kelompok umat Islam yang dikenal dengan nama Jamaah Tabligh memilih masjid tersebut sebagai tempat berkumpul kelompok mereka.
"Dijadikan markas (Jamaah Tabligh) di tahun 1974. Jamaah Tabligh ini masuk ke Indonesia dari Kota Medan dan mendapat penerimaan yang baik sehingga berkembang mulai saat ini," ucapnya.
Baca juga: Kenangan soal Keinginan Tien Soeharto di Balik Megahnya Masjid At-Tin TMII