Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Masjid Jami Kalipasir: Tertua di Kota Tangerang, Berawal dari Gubuk Kecil untuk Syiar Islam

Kompas.com - 22/04/2021, 03:20 WIB
Muhammad Naufal,
Nursita Sari

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Masjid Jami Kalipasir yang berada di Kota Tangerang, Banten, menyimpan sejarah panjang soal syiar Islam di Tangerang.

Masjid tersebut merupakan masjid tertua di Kota Tangerang. Usianya kini 445 tahun.

Terletak di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Masjid Jami Kalipasir berdiri di tengah-tengah permukiman warga.

Masjid itu memiliki warna krem di dinding luarnya dan didominasi warna putih di bagian dalam. Gentingnya berwarna hijau.

Baca juga: Potret Toleransi dari Masjid Tertua di Tangerang

Bangunan masjid itu sejatinya menghadap ke arah barat, tepatnya menghadap ke Sungai Cisadane. Namun, tak ada pintu masuk di bagian muka masjid itu.

Di bagian muka masjid yang merupakan halaman utama terdapat sejumlah makam.

Jemaah yang akan memasuki area peribadatan, pun berziarah ke makam-makam di sana, bisa masuk melalui pintu yang terletak di sisi utara dan sisi selatan masjid.

Begitu memasuki area dalam masjid, jemaah akan melihat kokohnya empat pilar berwarna hitam yang berdiri tepat di bagian tengah Masjid Jami Kalipasir.

Didirikan pada 1576

Tampak dalam Masjid Kalipasir, sebuah tempat ibadah yang sudah berusia 445 tahun. Masjid tertua di Kota Tangerang itu terletak di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL Tampak dalam Masjid Kalipasir, sebuah tempat ibadah yang sudah berusia 445 tahun. Masjid tertua di Kota Tangerang itu terletak di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.
Penasihat DKM Masjid Jami Kalipasir Achmad Sjairodji (71) berujar, masjid tersebut ditetapkan sebagai masjid pada 1576.

Kata Sjairodji, tidak ada yang mengetahui orang yang meresmikan bangunan tersebut sebagai masjid.

Namun, lanjut dia, yang memutuskan masjid itu berdiri pada 1576 adalah Tobari Ashajili, seorang ulama di Kota Tangerang sekaligus pemilik pesantren di Periuk, Kota Tangerang.

"Yang menentukan tahun berdirinya masjid ulama juga. Masih ada orangnya sekarang, yaitu KH Tobari Ashajili," ungkap Sjairodji saat ditemui, Rabu (21/4/2021).

Berawal dari gubuk kecil

Sebelum ditetapkan sebagai masjid pada 1576, Masjid Jami Kalipasir sudah difungsikan sebagai tempat ibadah sejak seratusan tahun sebelumnya, tepatnya pada 1412.

Saat itu, Sjairodji menjelaskan, seorang penyiar agama Islam bernama Ki Tengger Jati datang dari Kerajaan Galuh Kawali.

"Mereka datang kemari dengan tujuan untuk syiar Islam. Yang sebelumnya, dia mempelajari agama Islam kepada seorang guru yang bernama Syekh Syubakir," papar Sjairodji.

Saat Ki Tengger Jati tiba di Kota Tangerang, lahan di Kelurahan Sukasari, yang saat ini menjadi tempat berdirinya Masjid Jami Kalipasir, masih berupa hutan.

Baca juga: Sejarah Masjid Jami Kebon Jeruk, Saksi Bisu Penyebaran Islam dari Tiongkok

Penyiar agama Islam itu lantas membuat gubuk kecil untuk tempat tinggal dan juga tempat beribadah.

"Kurun waktu empat tahun, 1416, ini semakin diperbesar tempat ibadahnya," kata Sjairodji.

"Kenapa diperbesar? Ini pengaruh Sungai Cisadane, dulu namanya Sungai Cipamungkas. Ini (Sungai Cisasane) merupakan jalur transportasi," imbuh dia.

Karena Sungai Cisadane dilewati banyak orang, Masjid Jami Kalipasir yang persis di seberang sungai itu didatangi banyak pelancong.

Kata Sjairodji, banyak orang yang singgah dan menetap di masjid tersebut. Faktor itulah yang membuat masjid tersebut diperluas.

Baca juga: Perpaduan Islam dan Indonesia di Setiap Lekuk Masjid Istiqlal...

Kegiatan peribadatan terus berjalan di Masjid Jami Kalipasir, hingga pada 1445 ada seorang ulama dari Persia yang singgah di masjid tersebut.

Ulama besar itu bernama Said Hasan Ali Al-Husaini, atau lebih dikenal dengan nama Syekh Abdul Jalil.

"Tujuan asli beliau sebenarnya bukan ke sini, tapi ke daerah lain di Banten, tapi singgah di sini. Dengan kedatangan beliau di sini juga, masjid semakin diperbesar," tutur Sjairodji.

Sjairodji menuturkan, masjid itu sama sekali tidak pernah dialihfungsikan sebagai tempat lain.

Sejak 1412 hingga saat ini, Masjid Jami Kalipasir selalu digunakan sebagai tempat peribadatan muslim.

"Enggak pernah (dialihfungsikan). Masjid ini ya tetap sebagai masjid, untuk orang-orang shalat. Beberapa saat dijadikan sebagai tempat singgah, tapi tidak pernah dialihfungsikan," tuturnya.

Salah satu pilar pemberian Sunan Kalijaga

Sjairodji menyatakan, empat pilar yang berdiri kokoh di dalam masjid itu sama sekali tidak pernah direvitalisasi.

Bahkan, salah satunya merupakan pemberian istimewa dari Sunan Kalijaga, salah satu tokoh agama Islam yang juga Wali Songo.

"Yang sampai sekarang masih ada peninggalan sejarahnya adalah empat tiang penyangga ini," ujar Sjairodji.

"Di dalam penjelasan menurut sejarah, bahwa satu di antaranya diberikan oleh Sunan Kalijaga," imbuh dia.

Hingga 2018, kata dia, tidak ada yang mengetahui pilar mana yang merupakan pemberian Sunan Kalijaga.

Baca juga: Menengok Masjid Raya KH Hasyim Ashari yang Bernuansa Betawi

Barulah pada 2018, sejumlah ulama berkumpul di masjid tersebut.

Mereka memperbincangkan perihal pilar yang diberikan Sunan Kalijaga.

Kata Sjairodji, ada salah satu ulama yang mengetuk pilar itu satu per satu menggunakan tangannya.

Ulama tersebut lantas mendengar suara yang berbeda dari salah satu pilar ketika diketuk.

Ulama itu meyakini, pilar yang mengeluarkan suara berbeda adalah pemberian Sunan Kalijaga.

"Ini, pilar yang ada di kiri belakang yang adalah pemberian Sunan Kalijaga," ucap Sjairodji.

Baca juga: Menelusuri Masjid Jami Tangkuban Perahu di Setiabudi

Sjairodji menambahkan, empat pilar itu sebenarnya tak memiliki arti khusus. Jumlah pilar yang ada pun juga tidak merepresentasikan apa pun.

Namun, ada yang menafsirkan empat pilar tersebut merepresentasikan sahabat Rasulullah SAW.

"Contoh, ini cuma contoh, ada orang mengatakan Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Ada yang mengartikan ke situ. Silakan menafsirkan ke situ, tapi pilar ini tidak punya makna," kata Sjairodji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com