Bagi Tisha, nilai dari Kartini yang ia terapkan dalam kehidupan sehari-hari termasuk sebagai Komisaris Independen di Electronic City dan Vice President di AFF adalah tidak cepat puas.
"Di satu bidang atau keahlian, kita harus menjadi yang benar-benar terbaik sampai no one else can beat us. Jadi, kita tidak boleh cepat puas," urai Tisha.
"Seperti yang saya baca bukunya, Ibu Kartini selalu enggak pernah puas akan apa yang dia lakukan saat itu. Dia terus belajar sampai dia bisa menyalurkan pemikirannya sehingga bisa mengubah sekitarnya dengan pemikiran itu," sambungnya.
Tisha pun kembali menekankan pentingnya bagi perempuan untuk meningkatkan kemampuan diri demi dapat bersaing di sektor apa pun.
"Kita harus tingkatkan diri kita. Jangan pernah take it for granted," ujarnya.
Baca juga: Bacok Lawan hingga Tewas, Dua Pelaku Perang Sarung di Kelapa Dua Tangerang Ditangkap
Sebab, menurut Tisha, setiap perempuan di era sekarang punya kesempatan luas untuk berkembang dalam karier masing-masing.
"Sekarang era di mana semua orang membuka kesempatan untuk perempuan. Harus ada jatah untuk perempuan atau kesempatan lebih luas untuk perempuan. Nah, jangan sampai karena perempuan dapat jatah, kita terlena," ucapnya.
"Padahal, yang harus digarisbawahi adalah kita berada di industri yang bebas, bersaing dan berkompetisi secara bebas dengan intelektual, sense, dan leadership kita masing-masing," terangnya.
Tisha lantas menilai, perempuan perlu menyadari bahwa persaingan dalam karier bukan soal gender, melainkan kemampuan sesama manusia.
"Jadi, ini bukan persaingan antara perempuan dengan laki-laki, tapi human to human. Sehingga nantinya bisa membawa perubahan yang besar untuk Indonesia lebih maju lagi, bersaing di area yang lebih global lagi," ujar Tisha.
"Jangan sampai kita sebagai perempuan lupa untuk meningkatkan diri kita sendiri dari segi apa pun, baik emotion, intelektual, dan lain sebagainya untuk bersaing di level yang lebih tinggi," lanjutnya.
Ditekankan Tisha, di sektor mana pun, penting bagi perempuan untuk menggunakan kelemahan sebagai kekuatan.
"Gunakan kekuatan perempuan dengan maksimal. Saya selalu catat orang selalu berpikir: 'Perempuan itu emosian, cepat marah' dan sebagainya. Saya tidak pernah berpikir demikian sama sekali," kata Tisha.
Dia mencontohkan dirinya yang menggunakan sisi emosinya sebagai kekuatan di kariernya.
"Malah, menurut saya (emosi) itu kekuatan saya karena saya bisa lebih merasakan apa yang terjadi di segala level dari atas sampai bawah, menajamkan intuisi kita untuk merasakan apa sih yang diinginkan oleh masyarakat sekitar untuk kita berkontribusi lebih," urainya.