Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Kalipasir Tangerang dan Cerita soal Pilar Pemberian Sunan Kalijaga

Kompas.com - 22/04/2021, 06:15 WIB
Muhammad Naufal,
Nursita Sari

Tim Redaksi

"Contoh, ini cuma contoh, ada orang mengatakan Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Ada yang mengartikan ke situ. Silakan menafsirkan ke situ, tapi pilar ini tidak punya makna," kata Sjairodji.

Berawal dari gubuk kecil yang diperluas

Masjid Jami Kalipasir ditetapkan sebagai masjid pada 1576.

Sebelum itu, Masjid Jami Kalipasir sudah difungsikan sebagai tempat ibadah sejak seratusan tahun sebelumnya, tepatnya pada 1412.

Saat itu, Sjairodji menjelaskan, seorang penyiar agama Islam bernama Ki Tengger Jati datang dari Kerajaan Galuh Kawali.

"Mereka datang kemari dengan tujuan untuk syiar Islam. Yang sebelumnya, dia mempelajari agama Islam kepada seorang guru yang bernama Syekh Syubakir," papar Sjairodji.

Saat Ki Tengger Jati tiba di Kota Tangerang, lahan di Kelurahan Sukasari, yang saat ini menjadi tempat berdirinya Masjid Jami Kalipasir, masih berupa hutan.

Baca juga: Sejarah Masjid Jami Kebon Jeruk, Saksi Bisu Penyebaran Islam dari Tiongkok

Penyiar agama Islam itu lantas membuat gubuk kecil untuk tempat tinggal dan juga tempat beribadah.

"Kurun waktu empat tahun, 1416, ini semakin diperbesar tempat ibadahnya," kata Sjairodji.

"Kenapa diperbesar? Ini pengaruh Sungai Cisadane, dulu namanya Sungai Cipamungkas. Ini (Sungai Cisasane) merupakan jalur transportasi," imbuh dia.

Karena Sungai Cisadane dilewati banyak orang, Masjid Jami Kalipasir yang persis di seberang sungai itu didatangi banyak pelancong.

Baca juga: Perpaduan Islam dan Indonesia di Setiap Lekuk Masjid Istiqlal...

Kata Sjairodji, banyak orang yang singgah dan menetap di masjid tersebut. Faktor itulah yang membuat masjid tersebut diperluas.

Kegiatan peribadatan terus berjalan di Masjid Jami Kalipasir, hingga pada 1445 ada seorang ulama dari Persia yang singgah di masjid tersebut.

Ulama besar itu bernama Said Hasan Ali Al-Husaini, atau lebih dikenal dengan nama Syekh Abdul Jalil.

"Tujuan asli beliau sebenarnya bukan ke sini, tapi ke daerah lain di Banten, tapi singgah di sini. Dengan kedatangan beliau di sini juga, masjid semakin diperbesar," tutur Sjairodji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com