JAKARTA, KOMPAS.com - Di kawasan Utara Jakarta, tepatnya di Jalan Luar Batang V, Penjaringan, berdiri sebuah bangunan kokoh yang dikenal dengan sebutan Masjid Keramat Luar Batang.
Dari depan, masjid ini diapit oleh dua menara di kiri dan kananya.
Masjid yang di dalamnya terdapat pula Makam Habib Husein Luar Batang ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah di pesisir Jakarta.
Sekretaris Masjid Keramat Luar Batang, Daeng Mansur bercerita, masjid yang sudah berdiri sejak abad ke-18 ini merupakan salah satu masjid tua di Jakarta.
Baca juga: Masjid Agung Al Jihad di Ciputat, Ikon Azan Maghrib TVRI Tahun 1960-an
"Yang pernah saya baca masjid ini berdiri 1739, masjid ini ini kan termasuk salah satu masjid tua di Jakarta," kata Daeng kepada Kompas.com, Selasa (20/4/2021).
Masjid ini pun dinilai memiliki nilai sejarah yang tinggi. Menurut Daeng, sejak dulu kawasan Sunda Kelapa ini sudah menjadi pusat perdangan, sehingga dipenuhi banyak orang dari ragam budaya dan etnis.
Warisan budaya itu pun masih dilestarikan dan berjalan dengan harmonis.
"Jepang Portugis Belanda itu semua sudah pada datang kan, artinya sudah ada percampuran budaya," lanjutnya.
Sosok Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus dicatat sebagai salah satu tokoh yang menentang kolonial Belanda di kawasan Sunda Kelapa pada zaman itu.
Namun, Daeng menilai kala itu Habib Husein memiliki wibawa yang tinggi, sehingga masjid yang lokasinya tak jauh dari benteng pertahanan Belanda (yang sekarang menjadi Museum Bahari) ini masih berdiri.
"Ada sebuah masjid yang jaraknya tidak jauh dari benteng yang sekarang menjadi Museum Bahari, ini sebuah perkampungan kok bisa bertahan karena harusnya dibongkar nih sama Belanda," ucap Daeng.
"Tapi kalau saya melihatnya peranan ini bukan berarti perlawanan, tapi artinya Habib Husein punya wibawa yang tinggi karisma yang luar biasa, sehingga pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu tidak merasa terancam," sambungnya.
Hingga saat ini, banyak orang dari berbagai daerah di Indonesia terus berdatangan untuk berziarah ke makam Habib Husein, apalagi pada bulan Ramadhan.
Berbeda dari Ramadhan tahun 2020 lalu, Daeng menyebut kali ini jumlah pengunjung atau peziarah lebih meningkat.
"Kalau Ramadhan tahun kemarin mungkin per hari enggak sampai 50 orang, kali ini di atas 300 orang," kata Daeng.
Baca juga: Masjid Kalipasir Tangerang dan Cerita soal Pilar Pemberian Sunan Kalijaga
"Bahkan menjelang Ramadan kemarin itu perhari bisa di atas 1.000 per 24 jam ya jadi orang ziarah datang pergi. Kalau ini kan itungannya orang tarawih juga belum peziarah," tambahnya.
Daeng menyebut, masjid ini sudah mengalami beberapa kali revitalisasi. Seperti yang dilakukan pada awal tahun ini.
Masjid Keramat Luar Batang menjadi salah satu cagar budaya yang mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Kata Daeng, pengerjaan revitalisasi ini sudah hampir rampung.
"Alhamdulillah ya kalau progress revitalisasi sudah 95 persen mungkin, kayak aula utama tuh tinggal finishing banget. Cuma tinggal yang harus dicat ulang," ujarnya.
Daeng melanjutkan, sempat terjadi perdebatan saat menentukan konsep revitalisasi masjid tersebut.
Baca juga: Menelusuri Masjid Jami Tangkuban Perahu di Setiabudi
Sebab, pihak pengelola masjid meminta agar tidak banyak perubahan demi menjaga warisan budaya dari masjid ini.
"Kayak genteng, kita tetap mau model lama termasuk misalnya selasar, itu kan modelnya kuno banget, awalnya kan kemarin di sini agak modern tetapi setelah kita diskusi panjang antara pihak masjid dan yayasan pembangunan akhirnya disepakati jangan drastis perubahannya," tutur Daeng.
Daeng menambahkan, proses revitalisasi ini ditargetkan akan selesai sebelum Hari Raya Idul Fitri.
Rencananya, Masjid Keramat Luar Batang akan dibuka untuk para jemaah yang ingin menjalani shalat Ied, dengan penerapan protokol kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.