JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi masyarakat Jakarta, Masjid Al-Riyadh di Kwitang bisa dibilang merupakan jantung syiar agama Islam. Rumah ibadah ini telah hadir sejak tahun 1938 dan berdiri tegak di tengah permukiman warga.
Awal mula perkembangannya pun tak lepas dari peran Habib Ali Alhabsyi bin Abdurrahman Alhabsyi atau yang sering dikenal dengan nama Habib Ali Kwitang. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam syiar agama Islam di Jakarta.
Pengelola Masjid Al-Riyadh, Ustaz Rofiq menerangkan, di lokasi inilah, Habib Ali mendidik murid-muridnya. Menurut Rofiq, banyak murid Habib Ali yang juga menjadi ulama terkenal dan berperan besar dalam berdakwah, seperti KH Abdullah Syafii, KH Tohir Rohili, dan banyak lainnya.
Baca juga: Masjid Agung Al-Barkah Bekasi: Dari Surau di Tanah Wakaf Menjelma Miniatur Timur Tengaha
Rofiq menerangkan, pada awalnya, rumah ibadah ini bernama Khuwatul Ummah, sebab pada mulanya bangunan ini difungsikan sebagai tempat berkumpulnya umat Islam.
"Namanya Khuwatul Ummah. Jadi Khuwatul Ummah itu artinya tempat berkumpulnya umat," kata Rofiq.
Beberapa tahun berselang, namanya diubah menjadi Masjid Al-Riyadh yang berarti Taman Surga. Rofiq bercerita, masjid ini juga berperan dalam menyiarkan kabar Proklamasi Kemerdekaan RI.
Jika ditilik dari arsiteturnya, masjid ini tidak memiliki halaman luas seperti tempat ibadah bersejarah lainnya. Kendati demikian, tempat ibadah tersebut tetap mempunyai sejumlah keunikan.
Salah satunya dari sisi arsitektur. Masjid Al-Riyadh dirancang dengan arsitektur yang cukup megah. Dari luar, tampak masjid dicat dengan warna putih yang mendominasi.
Dari depan gerbang utama, tampak bedug yang masih digunakan sebagai penanda waktu sebelum adzan.
Bangunannya sendiri memiliki dua lantai. Lantai pertama dimanfaatkan sebagai tempat untuk shalat.
Selain digunakan sebagai tempat ibadah, masjid ini juga difungsikan sebagai tempat belajar atau madrasah di lantai. Lokasinya berada di lantai kedua yang berbentu seperti mezanin.
Namun untuk acara-acara tertentu, seperti shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha, dan shalat Jumat, lantai kedua masjid juga digunakan untuk beribadah.
Keunikan lain dari masjid ini adalah mimbar kayu yang menjadi tempat khatib menyampaikan ceramah. Bagian luar mimbar terdapat ukiran dan beberapa anak tangga.
Selain itu, ketika memasuki masjid, jemaah juga akan disambut dengan pemandangan lampu gantung. Pada malam hari, ketika seluruh lampu dihidupkan, lampu gantung tersebut menjadi salah satu pemandangan menarik di dalam masjid.
Masjid Al-Riyadh bukan sekadar tempat beribadah bagi umat muslim, namun juga lokasi yang kerap didatangi para peziarah. Sebab setelah kepergiannya pada tahun 1968, Habib Ali dimakamkan di dalam kompleks Masjid Al-Riyadh.