Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Ingatkan Pentingnya Tes Ulang WNA dan WNI dari Luar Negeri, Hasil PCR yang Dibawa Harus Dianggap Hangus

Kompas.com - 26/04/2021, 22:06 WIB
Muhammad Naufal,
Jessi Carina

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menolak warga negara asing (WNA) dari India masuk ke Indonesia mulai Sabtu (24/4/2021), untuk menyikapi dinamika terbaru lonjakan kasus harian Covid-19 di sana.

Menanggapi hal tersebut, epidemiolog Universitas Indonesia atau juru wabah, Pandu Riono berpendapat, seluruh orang yang masuk ke Indonsia harus melakukan tes PCR ulang.

Pendu menuturkan, merebaknya mutasi virus Covid-19 varian B1617 yang bermuatan mutasi ganda itu tak hanya terjadi di India saja.

Baca juga: WNI dari India Lolos Karantina Covid-19, Polisi: Dia Bayar Rp 6,5 Juta

Melainkan, varian tersebut sudah mendominasi di negara lain, sehingga Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan secara universal.

Oleh karena itu, menurut Pandu, Pemerintah Pusat juga wajib mengarantina seluruh WNA dan WNI dari luar negeri.

"Setiap siapa pun, baik WNI maupun WNA bukan hanya India, yang baru pulang dari luar negeri, harus dianggap potensial membawa virus," tutur Pandu saat dihubungi, Minggu (24/4/2021).

"Sehingga, semua harus dikarantina selama 5-7 hari. Kemudian dites ulang PCR, walau mereka sudah membawa surat keterangan PCR," sambung Pandu.

Baca juga: 124 WN India Dikarantina di Hotel Holiday Inn Taman Sari, Dipindahkan dari Kempinski hingga Ritz Carlton

Pandu menegaskan, meski WNA atau WNI yang datang dari luar negeri itu sudah membawa tes PCR masing-masing, tetapi dokumen tersebut wajib dianggap hangus saat tiba di Indonesia.

"Selama karantina mereka kan tidak berinteraksi. Itu memastikan siapa pun pelaku perjalanan dari luar (negeri) itu betul-betul tidak membawa virus," ucapnya.

Pandu menyatakan, tidak ada cara lain untuk mencegah penyebaran virus B1617 itu dengan mengarantina setiap orang yang masuk ke Indonesia.

Menurut dia, cara itu lebih baik dari pada harus menutup bandara.

"Enggak ada cara lain (selain karantina). Mau ditutup bandara? Rugi sendiri nanti," ujar dia.

Pandu menambahkan, Pemerintah Indonesia harus mengoptimalkan bagaimana cara pencegahan penyebaran virus B1617.

Baca juga: Dibantu 2 Orang, Seorang WNI dari India Lolos Prosedur Karantina di Bandara Soekarno-Hatta

Pasalnya, ada satu orang di Sumatera yang terdeteksi positif B1617 dan dia tidak pernah melakukan perjalanan ke luar negeri.

"Makanya, penting sekali menekan penularan. Kalau tidak terjadi penularan, virus tidak bermutasi. Bermutasi hanya di tubuh orang yang baru terinfeksi," tutur Pandu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Polisi Tangkap Sopir Grab yang Culik dan Peras Penumpangnya Rp 100 Juta

Megapolitan
Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Wanita Tewas Bersimbah Darah di Bogor, Korban Terkapar dan Ditutup Selimut

Megapolitan
Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Ada Obeng di TKP, Diduga Jadi Alat Suami Bunuh Istri di Bogor

Megapolitan
Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Jadwal Buka Puasa di Kota Bekasi Hari Ini, Jumat, 29 Maret 2024

Megapolitan
Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Diduga Korban Pelecehan Seksual oleh Eks Ketua DPD PSI Jakbar Mengaku Diintimidasi agar Tak Lapor Polisi

Megapolitan
Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Wanita Tewas Dibunuh Suaminya di Bogor, Pelaku Dilaporkan Ayah Kandung ke Polisi

Megapolitan
Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Latihan Selama 3 Bulan, OMK Katedral Jakarta Sukses Gelar Visualisasi Jalan Salib pada Perayaan Jumat Agung

Megapolitan
Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Gelar Pesantren Kilat di Kapal Perang, Baznas RI Ajak Siswa SMA Punya Hobi Berzakat

Megapolitan
Cerita Ridwan 'Menyulap' Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Cerita Ridwan "Menyulap" Pelepah Pisang Kering Menjadi Kerajinan Tangan Bernilai Ekonomi

Megapolitan
Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Peringati Jumat Agung, Gereja Katedral Gelar Visualisasi Jalan Salib yang Menyayat Hati

Megapolitan
Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Wujudkan Solidaritas Bersama Jadi Tema Paskah Gereja Katedral Jakarta 2024

Megapolitan
Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Diparkir di Depan Gang, Motor Milik Warga Pademangan Raib Digondol Maling

Megapolitan
Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Polisi Selidiki Kasus Kekerasan Seksual yang Diduga Dilakukan Eks Ketua DPD PSI Jakbar

Megapolitan
Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Ingar-bingar Tradisi Membangunkan Sahur yang Berujung Cekcok di Depok

Megapolitan
KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

KSAL: Setelah Jakarta, Program Pesantren Kilat di Kapal Perang Bakal Digelar di Surabaya dan Makasar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com