Adapun saya ditahan atau ditangkap di kantor polisi Polda Sulawesi Selatan karena saya berbaiat kepada Dauratul Islam.
Yang memimpin Dauratul Islam yaitu Abu Bakar saat deklarasi FPI mendukung Dauratul Islam pada Januari 2015.
Saya berbaiat saat itu bersama dengan 100 orang simpatisan dan laskar FPI di markas FPI Makassar, Jalan Sungai Limboto, Makassar.
Saya berbaiat dihadiri oleh Munarman selaku pengurus FPI Pusat pada saat itu. Ustad Fauzan dan Ustad Basri yang memimpin Baiat saat itu.
Dan setelah baiat saya mengikuti taklim rutin FPI di jalan Sungai Limboto sebanyak 3 kali.
Yang mengisi acara pada saat itu atau taklim yaitu ustad Agus dan Abdurahman selaku pemimpin panglima FPI kota Makassar."
Baca juga: Sepak Terjang Munarman, dari Aktivis di YLBHI hingga Jadi Orang Kepercayaan Rizieq Shihab
Saat menghadiri program "Mata Najwa" yang tayang pada 8 April 2021, Munarman membantah pengakuan terduga teroris tersebut.
Dia menegaskan, kehadirannya di Sekretariat FPI Makassar pada 2015 adalah sebagai tamu undangan untuk mengisi acara seminar.
"Di Makassar itu ada 2 peristiwa. Saya diundang pengurus FPI Makassar dalam acara seminar di Sekretariat FPI Makassar. Di situ tidak ada baiat," ucap Munarman.
"Ketika saya hadir di situ, karena materi saya menarik, menceritakan tentang geostrategi, geopolitik global, bagaimana Amerika dengan dokumen RAND Corporation melakukan counter-terrorism," sambungnya.
Baca juga: Kronologi 30 Menit Penangkapan Munarman oleh Densus 88 Antiteror di Pamulang...
Diterangkan Munarman, materi yang ia sampaikan itu bertujuan agar para anggota FPI yang hadir untuk tidak terjebak terhadap sejumlah situs garis keras yang terindikasi memuat paham radikal.
"Saya ingatkan, di FPI Makassar, hati-hati jangan terjebak dengan website garis keras karena ini buatan intelijen. Saya baca dokumen, bukan mengarang-ngarang," katanya lagi.
Munarman mengaku diajak lagi untuk menghadiri kegiatan di lokasi yang sama di hari berikutnya.
Dia mengaku tidak tahu bahwa di hari berikutnya ada kegiatan pembaitan.
"Karena tiket (pesawat) saya itu besok siangnya, mereka menawarkan besoknya masih ada (acara) lagi katanya. Ikutlah saya di situ. Saya kira itu sama, tidak tahunya ada (baiat) itu. Saya tidak tahu," lanjutnya.
Baca juga: Mafia di Bandara Soekarno-Hatta, Bayar Rp 6,5 Juta untuk Masuk Indonesia Tanpa Karantina