DEPOK, KOMPAS.com - Warga Bedahan, Sawangan, Depok, Jawa Barat dihebohkan dengan temuan babi hutan yang diklaim sebagai "babi ngepet", Selasa (27/4/2021).
Binatang malang itu kemudian dituduh sebagai biang keladi di balik pengakuan hilangnya sejumlah uang yang dialami warga setempat. Kemudian babi itu disembelih dan dikubur.
Lantas, bagaimana mitos "babi ngepet" bermula serta selalu berkaitan dengan pesugihan dan soal-soal uang?
Dalam bahasa Jawa Kuno, babi atau babi hutan disebut pula celeng. Sejarawan belum dapat memastikan hubungan "celeng" dengan "celengan", wadah menabung yang tak sedikit berbentuk babi.
Baca juga: Penangkapan Babi Sita Perhatian Warga Depok hingga Berujung Kerumunan
Di Trowulan, ibu kota Majapahit, pembuatan celengan berkembang antara abad ke-13 dan 15.
Celengan yang pernah ditemukan terdiri dari berbagai bentuk, dari guci, anak kecil, sampai binatang (babi atau celeng, domba, kura-kura, dan gajah).
Arkeolog Supratikno Rahardjo dalam “Tradisi Menabung dalam Masyarakat Majapahit: Telaah Pendahuluan Terhadap Celengan di Trowulan” menyebut, belum diketahui secara persis berapa banyak celengan yang dibuat untuk masing-masing bentuk binatang tersebut.
“Tetapi ada kesan bahwa bentuk babi menempati jumlah terbanyak, kemudian domba, kura-kura, kuda, dan gajah,” tulis Supratikno, termuat dalam Monumen: Karya Persembahan untuk Prof Dr R Soekmono.
Meskipun bentuknya bisa manusia, guci, atau binatang lain selain babi, namun sebutan yang dipilih adalah "celengan". Sebutan ini dipakai sampai sekarang.
Baca juga: Polisi Bantah Babi yang Ditemukan Warga di Depok Ukurannya Menyusut Seiring Waktu
Menurut sejarawan Denys Lombard, kebiasaan menabung dalam celengan pada masyarakat Jawa terpengaruh oleh orang Tionghoa.
“Istilah celengan yang dibentuk dari kata Nusantara 'celeng' jelas mengacu pada binatang pembawa rezeki dalam mitologi China yang semenjak zaman Majapahit telah memberi bentuk bulat pada celengan Jawa yang terbuat dari tanah liat,” tulis Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya.
Akan tetapi, benarkah "celengan" berasal dari kata "celeng" di masa Trowulan? Supratikno menunda tiba di kesimpulan.
Menurut dia, kata "celengan" mungkin baru diperkenalkan oleh orang Jawa pada masa kemudian, karena bahasa Jawa kuno hanya mengenal kata celeng (babi atau babi hutan) dan pacelengan (kandang babi).
Baca juga: Ramai Diduga Babi Ngepet di Depok Disebutkan Ukurannya Mengecil, Ini Kata Peneliti LIPI...
“Kita masih belum tahu apakah kata-kata tersebut ada hubungan dengan kata celeng yang berarti babi hutan,” tulis Supratikno.
Jika celengan memang berkaitan dengan binatang babi/babi hutan, menurut Supratikno, “dapatkah kita menghubungkan munculnya istilah itu dengan mitos babi ngepet atau celeng daden (babi jadi-jadian) yang berhubungan dengan upaya mencari kekayaan secara cepat seperti umum dikenal dalam tradisi Jawa atau Sunda?”