Namun, secara garis besar, Supratikno berlainan pendapat dengan Lombard soal inspirasi bentuk celengan.
Menurut dia, celengan-celengan Trowulan terutama menggambarkan guci-guci dan beberapa figur anak kecil, mengingatkan pada Dewa Kuwera.
Tradisi Hindu-Buddha di Nusantara mengenal konsep kemakmuran yang diwujudkan dalam bentuk arca dewa Kuwera atau Kubera, yang telah dikenal di Jawa Tengah sejak abad ke-9 atau sebelumnya.
Sebagai simbol kemakmuran, Kuwera mewakili penguasa kehidupan duniawi yang bergelimang dengan barang-barang berharga dan mewah.
Dewa ini digambarkan sebagai manusia dalam wujud anak kecil yang montok dan berperut gendut, sedang duduk di atas singgasana berhias bunga teratai, memegang pundi-pundi harta dan benda-benda lain yang melambangkan kekayaan dan kenikmatan duniawi.
Di sekelilingnya, terdapat guci-guci yang penuh dengan permata.
"Bukti-bukti di atas agaknya cukup masuk akal bila dipakai sebagai dasar anggapan bahwa bentuk-bentuk celengan Trowulan (juga celengan-celengan masa kini) sesungguhnya diilhami oleh bentuk arca Kuwera beserta atribut-atributnya," ungkap Supratikno.
Artikel ini telah tayang di Historia.id dengan judul Alkisah Celeng, Celengan dan Babi Ngepet dari Zaman Majapahit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.