Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Babi Ngepet, Adakah Hubungannya dengan Sejarah Celengan Babi?

Kompas.com - 28/04/2021, 16:48 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Warga Bedahan, Sawangan, Depok, Jawa Barat dihebohkan dengan temuan babi hutan yang diklaim sebagai "babi ngepet", Selasa (27/4/2021).

Binatang malang itu kemudian dituduh sebagai biang keladi di balik pengakuan hilangnya sejumlah uang yang dialami warga setempat. Kemudian babi itu disembelih dan dikubur.

Lantas, bagaimana mitos "babi ngepet" bermula serta selalu berkaitan dengan pesugihan dan soal-soal uang?

Dalam bahasa Jawa Kuno, babi atau babi hutan disebut pula celeng. Sejarawan belum dapat memastikan hubungan "celeng" dengan "celengan", wadah menabung yang tak sedikit berbentuk babi.

Baca juga: Penangkapan Babi Sita Perhatian Warga Depok hingga Berujung Kerumunan

Di Trowulan, ibu kota Majapahit, pembuatan celengan berkembang antara abad ke-13 dan 15.

Celengan yang pernah ditemukan terdiri dari berbagai bentuk, dari guci, anak kecil, sampai binatang (babi atau celeng, domba, kura-kura, dan gajah).

Arkeolog Supratikno Rahardjo dalam “Tradisi Menabung dalam Masyarakat Majapahit: Telaah Pendahuluan Terhadap Celengan di Trowulan” menyebut, belum diketahui secara persis berapa banyak celengan yang dibuat untuk masing-masing bentuk binatang tersebut.

“Tetapi ada kesan bahwa bentuk babi menempati jumlah terbanyak, kemudian domba, kura-kura, kuda, dan gajah,” tulis Supratikno, termuat dalam Monumen: Karya Persembahan untuk Prof Dr R Soekmono.

Meskipun bentuknya bisa manusia, guci, atau binatang lain selain babi, namun sebutan yang dipilih adalah "celengan". Sebutan ini dipakai sampai sekarang.

Baca juga: Polisi Bantah Babi yang Ditemukan Warga di Depok Ukurannya Menyusut Seiring Waktu

Menurut sejarawan Denys Lombard, kebiasaan menabung dalam celengan pada masyarakat Jawa terpengaruh oleh orang Tionghoa.

“Istilah celengan yang dibentuk dari kata Nusantara 'celeng' jelas mengacu pada binatang pembawa rezeki dalam mitologi China yang semenjak zaman Majapahit telah memberi bentuk bulat pada celengan Jawa yang terbuat dari tanah liat,” tulis Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya.

Akan tetapi, benarkah "celengan" berasal dari kata "celeng" di masa Trowulan? Supratikno menunda tiba di kesimpulan.

Menurut dia, kata "celengan" mungkin baru diperkenalkan oleh orang Jawa pada masa kemudian, karena bahasa Jawa kuno hanya mengenal kata celeng (babi atau babi hutan) dan pacelengan (kandang babi).

Baca juga: Ramai Diduga Babi Ngepet di Depok Disebutkan Ukurannya Mengecil, Ini Kata Peneliti LIPI...

“Kita masih belum tahu apakah kata-kata tersebut ada hubungan dengan kata celeng yang berarti babi hutan,” tulis Supratikno.

Jika celengan memang berkaitan dengan binatang babi/babi hutan, menurut Supratikno, “dapatkah kita menghubungkan munculnya istilah itu dengan mitos babi ngepet atau celeng daden (babi jadi-jadian) yang berhubungan dengan upaya mencari kekayaan secara cepat seperti umum dikenal dalam tradisi Jawa atau Sunda?”

Namun, secara garis besar, Supratikno berlainan pendapat dengan Lombard soal inspirasi bentuk celengan.

Menurut dia, celengan-celengan Trowulan terutama menggambarkan guci-guci dan beberapa figur anak kecil, mengingatkan pada Dewa Kuwera.

Tradisi Hindu-Buddha di Nusantara mengenal konsep kemakmuran yang diwujudkan dalam bentuk arca dewa Kuwera atau Kubera, yang telah dikenal di Jawa Tengah sejak abad ke-9 atau sebelumnya.

Sebagai simbol kemakmuran, Kuwera mewakili penguasa kehidupan duniawi yang bergelimang dengan barang-barang berharga dan mewah.

Dewa ini digambarkan sebagai manusia dalam wujud anak kecil yang montok dan berperut gendut, sedang duduk di atas singgasana berhias bunga teratai, memegang pundi-pundi harta dan benda-benda lain yang melambangkan kekayaan dan kenikmatan duniawi.

Di sekelilingnya, terdapat guci-guci yang penuh dengan permata.

"Bukti-bukti di atas agaknya cukup masuk akal bila dipakai sebagai dasar anggapan bahwa bentuk-bentuk celengan Trowulan (juga celengan-celengan masa kini) sesungguhnya diilhami oleh bentuk arca Kuwera beserta atribut-atributnya," ungkap Supratikno.

Artikel ini telah tayang di Historia.id dengan judul Alkisah Celeng, Celengan dan Babi Ngepet dari Zaman Majapahit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com