Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/05/2021, 19:23 WIB
Ihsanuddin,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan otobus (PO) di Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur, tetap merugi meski sudah menaikkan harga tiket menjelang hari raya Idul Fitri 1442 Hijriah.

Pengurus PO Sahabat di Terminal Terpadu Pulogebang Martahan Hutagaol mengatakan, kenaikan harga tiket tetap tidak bisa menutup biaya operasional bus antar kota antar provinsi (AKAP). Padahal harga tiket sudah dinaikkan sekitar 50 persen.

"Sekarang harga tiket tujuan Cirebon, Kuningan, Jawa Barat Rp 150.000. Tapi tetap tidak menutupi biaya operasional keberangkatan karena penumpang sepi. Cuman bawa dua, tiga orang. Paling banyak lima penumpang," kata Martahan seperti dikutip dari Tribun Jakarta, Sabtu (1/5/2021).

Baca juga: Kadishub: Aktivitas Keluar-Masuk Penumpang Terminal Bus AKAP di Jakarta Berkurang

Meski masih tersisa empat hari sebelum larangan mudik berlaku pada tanggal 6 Mei 2021 atau H-7 sebelum Idul Fitri, pihaknya pesimis jumlah keberangkatan penumpang akan melonjak.

Menurut dia, sejak pandemi Covid-19 melanda pada 2020 lalu, jumlah keberangkatan per hari penumpang di Terminal Terpadu Pulogebang anjlok menjadi rata-rata di bawah 1.000 penumpang per hari.

Padahal sebelum pandemi Covid-19 keberangkatan penumpang di terminal ini pada hari kerja berkisar 2.000-3.000 penumpang, sementara hari libur mencapai 4.000-5.000 penumpang.

Baca juga: Antisipasi Lonjakan Penumpang, Terminal Kalideres Akan Tambah Kuota Tes Genose

"Kalau begini terus lebih baik stop operasi. Apakah langganan kita harus kita paksa bayar mahal? Tentu tidak mungkin kan. Kalau harga tiket dinaikkan lagi kita bisa kehilangan kepercayaan pelanggan," ujarnya.

Martahan menambahkan, pemberlakuan larangan mudik menguntungkan PO yang beroperasi di terminal bayangan dan perusahaan travel tidak resmi. Sebab, mereka masih kerap luput dari pengawasan petugas.

Meski PO di Terminal Pulogebang dibolehkan beroperasi saat larangan mudik 6-17 Mei 2021, hal itu tetap tidak menguntungkan.

Sebab, pemerintah menerapkan syarat ketat bagi pelaku perjalanan seluruh moda transportasi. Setiap orang yang hendak melakukan perjalanan ke luar kota saat masa larangan mudik itu harus mengantongi Surat Izin Keluar Masuk (SIKM).

Baca juga: Pengajuan SIKM Saat Larangan Mudik Dilakukan Secara Online, Warga Tak Perlu Datang ke Kelurahan

"Kemungkinan nanti (saat larangan mudik berlaku) perusahaan membatasi armada yang beroperasi. Yang biasanya 10 unit jalan hanya dijalankan dua atau tiga unit bus saja," tutur Martahan.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul PO di Terminal Terpadu Pulo Gebang Mengeluh Rugi Meski Sudah Naikkan Harga Tiket.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Hindari Viktimisasi Berulang, Anak yang Diperkosa Ayah Kandung di Tangsel hingga Hamil Bisa Ganti Identitas

Hindari Viktimisasi Berulang, Anak yang Diperkosa Ayah Kandung di Tangsel hingga Hamil Bisa Ganti Identitas

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Baru Hujan Sehari, Jakarta Kebanjiran Lagi | Ulah Pengemudi Nissan Xtrail Terobos Pelintasan KRL

[POPULER JABODETABEK] Baru Hujan Sehari, Jakarta Kebanjiran Lagi | Ulah Pengemudi Nissan Xtrail Terobos Pelintasan KRL

Megapolitan
Komplotan Pencuri Bawa Kabur 3 Motor di Rumah Kos Bekasi dalam Hitungan Menit

Komplotan Pencuri Bawa Kabur 3 Motor di Rumah Kos Bekasi dalam Hitungan Menit

Megapolitan
Gasak 2 Motor di Hari yang Sama, Seorang Satpam di Blok M Ditangkap Polisi

Gasak 2 Motor di Hari yang Sama, Seorang Satpam di Blok M Ditangkap Polisi

Megapolitan
Terpeleset Saat Main di Bantaran, Bocah Laki-laki Hanyut Terseret Arus Kali Angke Tangerang

Terpeleset Saat Main di Bantaran, Bocah Laki-laki Hanyut Terseret Arus Kali Angke Tangerang

Megapolitan
Nekatnya 2 Karyawan di Cipayung, Curi Ponsel dan Motor Bos Sendiri lalu Kabur ke Purwakarta

Nekatnya 2 Karyawan di Cipayung, Curi Ponsel dan Motor Bos Sendiri lalu Kabur ke Purwakarta

Megapolitan
Ayah Kandung di Tangsel Perkosa Anaknya hingga Hamil, Pakar: Demi Keselamatan, Kuasa Asuh Bisa Dialihkan

Ayah Kandung di Tangsel Perkosa Anaknya hingga Hamil, Pakar: Demi Keselamatan, Kuasa Asuh Bisa Dialihkan

Megapolitan
Peran 6 Pelaku Tawuran di Pondok Aren, Ada yang 'Live' dan Bacok Korban

Peran 6 Pelaku Tawuran di Pondok Aren, Ada yang "Live" dan Bacok Korban

Megapolitan
Ayah Kandung di Tangsel Perkosa Anaknya hingga Hamil, Pakar: Ini Kejahatan, Tak Ada Kompromi!

Ayah Kandung di Tangsel Perkosa Anaknya hingga Hamil, Pakar: Ini Kejahatan, Tak Ada Kompromi!

Megapolitan
Polda Metro Jaya Imbau Peserta Munajat 212 di Monas Jaga Ketertiban

Polda Metro Jaya Imbau Peserta Munajat 212 di Monas Jaga Ketertiban

Megapolitan
P2TP2A Tangsel Beri Pendampingan Anak yang Diperkosa Ayah Kandungnya hingga Hamil

P2TP2A Tangsel Beri Pendampingan Anak yang Diperkosa Ayah Kandungnya hingga Hamil

Megapolitan
Gembiranya Para Bocah Bermain Air Banjir di Simpang Taman Duta Depok

Gembiranya Para Bocah Bermain Air Banjir di Simpang Taman Duta Depok

Megapolitan
Blusukan di Penjaringan, Gibran: Antusiasmenya Luar Biasa, Terima Kasih

Blusukan di Penjaringan, Gibran: Antusiasmenya Luar Biasa, Terima Kasih

Megapolitan
Bertambah 6, Pelaku Tawuran yang Ditangkap Polisi di Pondok Aren Jadi 18 Orang

Bertambah 6, Pelaku Tawuran yang Ditangkap Polisi di Pondok Aren Jadi 18 Orang

Megapolitan
Saat Emak-emak Berdesak-desakan demi Dapat Buku Tulis dari Gibran…

Saat Emak-emak Berdesak-desakan demi Dapat Buku Tulis dari Gibran…

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com