JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa Rizieq Shihab meminta majelis hakim mengabaikan keterangan dari saksi ahli Sosiolog Hukum Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah.
Menurut Rizieq, keterangan Trubus di berita acara pemeriksaan (BAP) dalam kasus tes swab di RS UMMI Bogor tidak sesuai kapasitas sebagai saksi ahli.
"Yang saya minta bukan hanya untuk sekadar dicatat, tetapi diabaikan itu jawaban-jawaban dalam nomor 13, 14, dalam BAP, karena semua jawabannya menyangkut fakta," kata Rizieq dalam persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, Rabu (5/5/2021).
Rizieq menilai, pertanyaan dalam nomor-nomor tersebut harusnya diajukan penyidik kepada saksi fakta. Padahal, Trubus dihadirkan sebagai saksi ahli.
Rizieq mencontohkan ketika penyidik Bareskrim Polri menunjukkan riwayat pemeriksaan medis dirinya kepada Trubus sebagai saksi ahli.
"Dari (berkas BAP) halaman 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33 dan setiap halamannya ada tiga fotokopi daripada rekam medis. Nah kemudian saksi ahli di sini langsung memastikan kalau saya sebagai pasien terkonfirmasi penyakit Covid-19 dan diabetes melitus," kata Rizieq.
Baca juga: Saksi Ahli Sebut MER-C Tidak Berhak Lakukan Swab Test terhadap Rizieq Shihab
Rizieq meminta hakim mengabaikan keterangan Trubus yang mengatakan bahwa Rizieq telah menyebarkan berita bohong soal kasus tes usap di RS Ummi.
"Saksi ahli mengatakan bahwa ucapan yang dijelaskan oleh Andi Tatat, Hanif Alatas, dan Rizieq adalah keterangan bohong, ini juga penilaian kesimpulan fakta. Jadi saya minta apa-apa yang terkait fakta dalam BAP ini tolong diabaikan," ujar Rizieq.
Sebelumnya, jaksa bertanya kepada Trubus soal Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana.
Pasal itu salah satu yang didakwakan kepada Rizieq dalam kasus tes usap RS Ummi.
Adapun, Pasal 14 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 berbunyi, "Barang siapa, dengan menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong, dengan sengaja menerbitkan keonaran dikalangan rakyat, dihukum dengan hukuman penjara setinggi-tingginya sepuluh tahun."
"Karena keterangan saya tadi diketahui orang, saya sakit, ada orang lain mengetahui, lalu ada yang keberatan. Apakah itu melanggar norma, apakah itu bagian dari pasal Pasal 14 ayat 1. Karena ada yang keberatan?" tanya jaksa.
"Itu semua baik yang kategorinya protes maupun menerima berita itu, atau yang menyatakan keberatan atau bersaksi bahwa itu bohong adalah bagian dari proses, fakta-fakta itu menguat. Artinya bahwa fakta itu betul, maka kemudian di situlah persoalan Pasal 14 ayat 1 terpenuhi," jawab Trubus.
Rizieq didakwa menyiarkan berita bohong dalam kasus kontroversi tes usapnya di RS Ummi.
Kasus bermula ketika Rizieq meminta pendampingan dan pemeriksaan kesehatan ke Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) pada 12 November 2020.
Baca juga: Kuasa Hukum Rizieq Keberatan Epidemiolog UI Jadi Saksi Ahli Kasus Tes Swab