Dibangun tanpa berhitung
Uniknya, sampai sekarang tak diketahui berapa biaya yang dihabiskan Dian untuk mendirikan masjid semegah ini di lahan yang begitu luas.
“Kalau tanya biaya, mohon maaf, itu tidak bisa disebutkan ke publik. Karena jangankan saya, almarhumah saja yang mendirikan masjid itu, ketika ditanya berapa duit habisnya, tidak akan tahu, karena beliau itu istilahnya membangun masjid tidak pakai rincian,” kata Karno.
“Tidak pakai dihitung. Makanya, jumlahnya tidak ada. Jadi tidak ada yang tahu habisnya berapa.”
Menurut skripsi karya Mirza Shahrani, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (2008), Masjid Kubah Emas di Depok: Fenomena Reproduksi Masjid Kawasan Timur Tengah Dalam Konteks Indonesia, Dian merupakan pengusaha asal Banten yang lahir pada 1949.
Dian seorang pengusaha. Ia punya beberapa lini bisnis, salah satunya properti yang dirintis sejak 1980.
Ia disebut lebih banyak menjalankan usaha di Singapura, Malaysia, dan Arab Saudi.
“Beliau orangnya tidak mau diekspos. Jadi, istilahnya, kalau ada media atau apa, dia tidak mau. Tidak mau menonjolkan dirinya,” ucap Karno.
Masjid Kubah Emas dibangun di Depok karena ia menyukai daerah yang asri dan gemar bertanam.
Meski begitu, Dian disebut juga bisa membangun masjid berdasarkan spontanitas. Misalnya, dalam suatu lawatan, melihat ada daerah yang membutuhkan masjid. Ia memang dikenal sebagai filantropis.
“Sebelum masjid ini diresmikan, beliau punya majelis taklim yang banyak jemaahnya ada hampir 13.000-an orang. Kalau ada acara tertentu, misalkan peringatan Maulid, setiap orangnya dikasih beras, uang, dan kain baju. Satu orang berasnya 20 kilogram, duitnya Rp 50.000, sama bahan pakaian untuk baju,” Karno berkisah.
“Yang kerja di kawasan Masjid Kubah Emas itu hampir 60 persen sudah diberangkatkan ke Tanah Suci oleh beliau,” ungkapnya.
Kini, Dian sudah bersemayam di dunia yang baru, tetapi peninggalannya tetap dirayakan. Jasad Dian dikebumikan persis di area belakang Masjid Kubah Emas.
Kawasan makam yang luasnya kira-kira setengah lapangan basket itu terletak di antara lapangan hijau yang membentang.
Pusaranya bertabur bunga, dikelilingi kursi, dan masih terpasang pigura potret dirinya tepat di balik nisan.
Pengunjung Masjid Kubah Emas terkadang singgah sejenak menziarahi makam Dian.
"Beliau punya beberapa taman wakaf, tetapi beliau ingin ketika sudah dipanggil Allah ingin dimakamkan di belakang mimbar atau depan masjid sini. Ini keinginan ibu, mungkin dia ingin dekat dengan masjid dan ingin selalu dekat dengan rumah Allah," ujar Ratu Ayu Novianti, salah satu putri Dian, selepas prosesi pemakaman pada 2019 lalu.
"Beliau banyak membuat masjid di beberapa tempat, dia membangun rumah Allah di mana-mana. Kami sebagai anak-anaknya tidak boleh menghitung apa yang sudah kita keluarkan atau diberikan,” ujar Ratu menggemakan prinsip bundanya.