JAKARTA, KOMPAS.com - Nurhayati (66) tak kuat menahan tangis saat menceritakan omzet penjualan bunga di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak, Jakarta Pusat anjlok akibat adanya larangan berziarah ke makam saat Lebaran kali ini.
Air mata Nurhayati perlahan menetes. Sesekali ia membetulkan kacamatanya saat mengusap air mata.
Di masa senjanya, Nurhayati masih berjibaku mencari nafkah dengan berjualan bunga.
“Baru kali ini saya sedih bukan main, padahal sudah keluarin modal Rp 5 juta. Tapi hari ini sampai sore cuma dapat Rp 70.000,” ujar Nurhayati saat ditemui di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat, Rabu (12/5/2021) sore.
Baca juga: Ziarah Kubur Dilarang, TPU Karet Bivak, Menteng Pulo, dan Karet Tengsin Sepi
Nurhayati sudah berjualan bunga di TPU Karet Bivak sejak tahun 1975. Ia sudah tahu pahit manisnya mencari nafkah di TPU Karet Bivak.
“Modal itu memang buat persiapan lebaran. Pasar Rawa Belong beli bunganya,” tambah Nurhayati.
Dia datang ke TPU Karet Bivak bersama anaknya, Sri (41).
Saat tiba di TPU Karet Bivak pukul 06.00 WIB pagi tadi, pintu pemakaman telah ditutup petugas keamanan. Mereka diberi tahu secara lisan ada larangan berziarah di TPU Karet Bivak.
“Tidak ada, tidak dikasih surat. Cuma ada omongan secara lisan katanya dari tanggal 12 sampe 16 Mei TPU Karet Bivak ditutup,” ujar Nurhayati.
Ia biasanya meraih omzet sekitar Rp 700.000-Rp 800.000 di hari biasa dari penjualan bunga. Namun, jelang Lebaran biasanya omzet akan meningkat drastis.
“Ini (Lebaran tahun 2021) pastinya merugi, enggak ada modal lagi. Demi Allah saya, enggak bohong. Saya pinjam modal, mimpinya bisa balik modal dapat lebihan buat makan sebulan,” kata Nurhayati.
Sri berharap Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, bisa memberikan kelonggaran untuk masyarakat berziarah. Izin berziarah tentunya diikuti dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Kalau saya sih kalau misalnya Pak Anies bisa dengar, saya cuma minta saja agar pintu gerbang bisa dibuka gitu,” kata Sri.
Dengan pintu dibuka, masyarakat bisa memarkirkan kendaraan dan berjalan kaki ke makam. Ia juga meminta pemerintah membatasi jumlah peziarah.
Seharian ini toko bunga milik Sri dan ibunya sepi. Omset hanya Rp 70.000.