Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Natalia Tetap Bekerja Saat Merayakan Lebaran dan Kenaikan Yesus Kristus

Kompas.com - 14/05/2021, 16:48 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada aturan tak tertulis yang telah menjadi kebiasaan di tempat Natalia (26) bekerja sebagai jurnalis di Jakarta. Ketika datang hari raya umat islam, maka sudah jadi "kewajiban" bagi para reporter yang non-muslim untuk masuk kerja.

Sebaliknya, ketika datang momen Natal atau hari-hari raya lain bagi umat kristen misalnya, para jurnalis yang kristen diberi keleluasaan untuk libur.

Di tempatnya bekerja, sedang nihil reporter beragama selain Islam dan Kristen. Karena itu, pada hari-hari raya umat Buddha, Hindu, Konghucu, atau hari libur yang tak terkait perayaan keagamaan, kantornya menerapkan piket berdasarkan inisiatif masing-masing jurnalis atau giliran piket yang sudah disepakati sebelumnya.

Baca juga: Merawat Toleransi di Hari Raya Kenaikan Isa Almasih dan Idul Fitri

Namun, Idul Fitri yang jatuh kemarin, Kamis (13/5/2021), membuat keadaan yang dialami Natalia agak unik, karena bertepatan dengan Hari Raya Kenaikan Yesus Kristus .

Secara kultural, skala perayaan Idul Fitri mungkin dapat disejajarkan dengan perayaan Natal. 

Tenggang rasa terhadap rekan sejawat yang beragama Islam membuat Natalia lapang dada untuk tetap masuk kerja pada Hari Idul Fitri kemarin, kendati ia pun berhak untuk libur, sebetulnya.

"Sebenarnya, sempat berharap supaya (Idul Fitri dan Kenaikan Yesus Kristus) enggak bareng harinya, supaya ibadahnya bisa lebih khusyuk karena sudah tahu kalau Lebaran pasti gue masuk kerja. Tapi ya sudah, tidak apa-apa," ucap Natalia, Jumat (14/5/2021).

"Lebih ke tanggung jawab saja. Karena pas lagi Natal juga kan teman-teman reporter yang lain juga sudah masuk," katanya.

Tak ada banyak pilihan buat Natalia, karena bila para reporter yang kristen ikut meminta libur kemarin, tak ada berita apa pun hari itu sebab seisi redaksi tak masuk kerja. Padahal, jurnalisme tak kenal libur. Meski berstatus pegawai perusahaan, bukan petugas pelayanan publik, namun kerja-kerja jurnalistik selalu bersifat publik, menyangkut informasi yang dikonsumsi orang banyak.

Ke masjid dulu, baru ke gereja

Agenda pertama dalam setiap edisi Idul Fitri bagi banyak wartawan adalah meliput kegiatan shalat Idul Fitri pagi-pagi.

Apalagi, di tengah pandemi Covid-19, liputan shalat Idul Fitri jadi hal penting guna mengabarkan sejauh mana antusiasme warga merayakan Hari Kemenangan tetap selaras dengan penerapan protokol kesehatan.

Ilustrasi toleransi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi toleransi.

Natalia berinisiatif melawat ke Masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, kemarin pagi.
Ia berangkat dengan selembar kerudung membalut kepala, meski benda itu pada gilirannya malah menegaskan bahwa dirinya sedang melela di antara perbedaan identitas.

"Rambut gue ke mana-mana," kata Natalia yang mengaku sedikit kikuk karena keberadaannya cukup membuat heran para jemaah di masjid.

"Yang mau shalat ngelihatin gue, mungkin dipikirnya, ini orang ngapain, pakai kerudung kok enggak shalat, nggak ngapa-ngapain," ujar dia.

Liputan shalat Idul Fitri pagi itu toh tak menjadi masalah. Mewawancara sebagian jemaah selepas shalat, dengan terlebih dulu memperkenalkan kepentingannya sebagai wartawan, tuntas ia lakukan.

Baca juga: Indahnya Toleransi, Pemuda Kristen di Ambon Ikut Amankan Shalat Id

Namun, setelahnya, sebagai orang kristen, ia berkepentingan untuk juga menjalani ibadahnya sendiri hari itu. Ada agenda kebaktian pukul 09.00 yang mesti ia kejar.

Natalia berinisiatif menyambangi rumah kakaknya, tak jauh dari Masjid Luar Batang. Kakaknya, Mia, seorang mualaf sejak 4-5 tahun silam.

"Jadi kemarin gue malah ke masjid dulu baru (ibadah) gereja," katanya bergurau.

"Setelah selesai gue bikin berita, gue ke rumah kakak gue, lepas kerudung, lalu ibadah."

Toleransi tanpa kata-kata

Natalia memilih menjalani ibadah pagi itu di rumah Mia, kakaknya, yang notabene mualaf.

Sejak pandemi Covid-19 melanda, melalui bantuan teknologi, ibadah orang kristen jadi lebih fleksibel karena tak lagi harus terikat ruang. Tapi, memangnya kenapa juga jika Natalia memutuskan untuk ibadah online di kediaman kakaknya yang berbeda keyakinan?

Berkunjung ke rumah kakak yang berbeda keyakinan sama saja nilainya dengan berkunjung ke rumah kakak yang seagama. Mampir ke rumah kakak tetaplah mampir ke rumah kakak.

Perbedaan agama tak banyak memberi perbedaan dalam hubungan keluarganya. Kalaupun ada yang berbeda, itu adalah Lebaran yang kini justru mereka rayakan lebih semarak.

"Jadi biasanya di awal-awal kakak saya baru mualaf, kita yang datang saat Lebaran. Sekarang, dia biasa malam takbiran ke rumah. Nyokap gue pasti mikirin, kita masak apa ya kalau dia sudah datang? Kakak gue juga pasti ngasih ketupat atau sayuran yang dia bikin," ungkap Natalia.

"Tradisinya ya ngumpul saja, silaturahim, antara keluarga kakak dan keluarga saya. Memang kita saling menghargai saja sih," tambah dia.

Lebaran justru menjelma momen perekat bagi Natalia dan keluarga, kesempatan untuk mengunjungi satu sama lain, berkumpul dan bergembira bersama.

"Kalau enggak pas Lebaran, kapan lagi" tuturnya.

Kadar keistimewaan Lebaran itu semakin tinggi nilainya karena bersamaan dengan Idul Fitri kemarin, yang dirayakan oleh Mia dan kerabat selaku muslim, Natalia dan keluarga juga tengah merayakan hari besar agamanya.

Suatu momen bersejarah bagi banyak orang, di mana masing-masing umat Islam maupun Kristen, berbagi sukacita lantaran merayakan hari besar masing-masing berbarengan.

Namun, pada momen langka itu, Natalia masih perlu memikul tanggung jawab pekerjaan sebagai jurnalis.

"Sebetulnya kemarin kakak gue sudah datang waktu malam takbiran. Tapi karena malam takbiran gue kerja, jadi gue tidak ke rumah dan nggak ketemu kakak. Makanya pas Lebaran, gue ke rumahnya sebentar, ibadah online di rumahnya, makan ketupat," kata perempuan yang sebelumnya bekerja sebagai wartawan rubrik hiburan itu.

Suasana umat Masjid Al Hikmah Solo menunaikan shalat Idul Fitri di depan halaman GKJ Joyodiningratan, Kamis (13/5/2021).KompasTV Suasana umat Masjid Al Hikmah Solo menunaikan shalat Idul Fitri di depan halaman GKJ Joyodiningratan, Kamis (13/5/2021).

"Kakak gue juga selow (santai) saja pas gue bilang, 'gue ibadah dulu ya di online'," lanjutnya.

Natalia tak merasa gusar melewatkan momen langka itu. Tanpa perlu menyebut-nyebut soal toleransi, ia sudah menjalaninya dengan lapang dada.

Tenggang rasa itu sudah hidup ketika Natalia sukarela memutuskan masuk kerja, walaupun di atas kertas berhak untuk libur merayakan Lebaran sekaligus Kenaikan Yesus Kristus.

Itu semua demi tanggung jawab pekerjaannya sebagai "pelayan publik" dan menghormati rekan sejawat yang merayakan Idul Fitri.

"Lebaran tahun ini beda banget. Benar-benar orang semakin paham bagaimana toleransi itu dijunjung tinggi. Itu menurutku," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

[POPULER JABODETABEK] Akhir Arogansi Sopir Fortuner yang Mengaku Anggota TNI | Masyarakat Diimbau Tak Sebar Video Meli Joker

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Pengemudi Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI Palsu Bakal Jalani Pemeriksaan Psikologi

Megapolitan
Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Sudah 3 Jam, Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Belum Juga Padam

Megapolitan
5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

5 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Berhasil Dievakuasi, Polisi: Mayoritas Menderita Luka Bakar

Megapolitan
7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

7 Orang Masih Terjebak dalam Kebakaran Toko Bingkai di Mampang Prapatan

Megapolitan
Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Karyawan Gedung Panik dan Berhamburan Keluar Saat Toko Bingkai di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Harga Bahan Dapur Naik Turun, Pedagang Pasar Perumnas Klender: Alhamdulillah Masih Punya Pelanggan Setia

Megapolitan
Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Pengemudi Fortuner Arogan Gunakan Pelat Dinas Palsu, TNI: Melebihi Gaya Tentara dan Rugikan Institusi

Megapolitan
Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Banyak Warga Menonton Kebakaran Toko Bingkai, Lalin di Simpang Mampang Prapatan Macet

Megapolitan
Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Pemkot Bogor Raih 374 Penghargaan Selama 10 Tahun Kepemimpinan Bima Arya

Megapolitan
Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Kena Batunya, Pengemudi Fortuner Arogan Mengaku Keluarga TNI Kini Berbaju Oranye dan Tertunduk

Megapolitan
Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Toko Pigura di Mampang Prapatan Kebakaran

Megapolitan
Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Puspom TNI: Purnawirawan Asep Adang Tak Kenal Pengemudi Fortuner Arogan yang Pakai Pelat Mobil Dinasnya

Megapolitan
Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Pemilik Khayangan Outdoor: Istri Saya Langsung Nangis Saat Tahu Toko Dibobol Maling

Megapolitan
Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko 'Outdoor' di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Puluhan Barang Pendakian Digondol Maling, Toko "Outdoor" di Pesanggrahan Rugi Hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com