JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Seksi Surveilan dan Imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan, varian baru Covid-19 asal India B.1.617 terkonfirmasi ada di satu wilayah DKI Jakarta.
Satu kasus dengan varian mutasi dari India itu diketahui terjadi akibat transmisi lokal, bukan kasus impor dari luar negeri.
"Di DKI sudah ada kasus transmisi lokal varian India dan kita sudah melakukan vaksinasi di RW tersebut. Baru ada satu kasus, kita sudah melakukan investigasi di sana," kata Ngabila saat dihubungi melalu telepon, Rabu (19/5/2021).
Ngabila mengatakan, Dinkes DKI Jakarta sudah melakukan tracing secara masif di wilayah yang ditemukan kasus Covid-19 dengan infeksi corona asal India tersebut.
Baca juga: Antisipasi Jakarta Hadapi Lonjakan Covid-19 Setelah Libur Panjang Lebaran
Tempat ditemukannya varian baru tersebut juga menjadi prioritas vaksinasi sehingga penularan dan kasus fatal bisa dihindari.
"Sampel semua sudah kita kumpulkan dan kita sudah lakukan pemeriksaan lagi, dan juga dilakukan vaksinasi juga," kata Ngabila.
Namun, Dinkes DKI Jakarta enggan mengumumkan lokasi tempat ditemukannya transmisi lokal varian baru asal India tersebut.
Baca juga: Anies: 22.910 Pemudik Dites Covid-19 di Tol Cikampek, 148 Orang Reaktif
"Terkait dengan wilayahnya nanti ke ibu Kepala Dinas akan menginfokan atau enggak, atau ke Bu Kabid," ujar Ngabila.
Kompas.com mencoba melakukan konfirmasi ke Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti dan Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2) Dinkes DKI Dwi Oktavia, tetapi hingga berita ini ditulis belum ada respons terkait informasi lokasi transmisi lokal tersebut ditemukan.
Varian virus corona dari India, yang disebut mutasi B.1.6.1.7, ini sebelumnya juga sudah menginfeksi warga di Tangerang Selatan, Banten. Hal ini dikonfirmasi oleh Pemerintah Provinsi Banten.
"Ada dua kasus di Kelurahan Pondok Jagung, Kecamatan Serpong Utara, Tangerang Selatan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten Ati Pramudji, Kamis (6/5/2021).
Baca juga: Varian Virus Corona dari India Sudah Masuk Tangsel, Seperti Apa Bahayanya?
Kedua pasien tersebut saat ini masih menjalani perawatan di bawah pengawasan Satuan Gugus Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19.
Lebih lanjut, Ati menjelaskan, warga Pondok Jagung tersebut diduga tertular virus varian B.1.6.1.7 dari anak mereka yang tinggal di Jakarta.
Masuknya mutasi virus corona dari India ini sebelumnya juga sudah dilaporkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Selain varian dari India, sudah ditemukan pula varian B.1.1.7 asal Inggris dan B.1.351 dari Afrika Selatan. Secara total, ada 26 kasus infeksi varian baru virus corona di Indonesia.
Baca juga: Bencana Alam India Persulit Respons Pandemi, Kasus Covid-19 Lampaui 25 Juta
Budi menekankan bahwa varian baru tersebut masuk kategori varian of concern atau mutasi yang mendapatkan perhatian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pasalnya, dampak penularan yang diakibatkan ketiga varian baru itu lebih besar. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Adalah tugas kita bersama untuk segera melakukan isolasi untuk yang terkena. Disiplin melakukan testing, tracing untuk kontak erat dari daerah sekitarnya," ujar Budi.
Melansir data dari laman Worldometers, hingga Rabu (19/5/2021) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 164.873.674 (164 juta) kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 143.800.103 (143 juta) pasien telah sembuh dan 3.417.709 orang meninggal dunia.
Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 17.655.862 dengan rincian 17.555.008 pasien dengan kondisi ringan dan 100.854 dalam kondisi serius.
Baca juga: India Pasang Jaring di Sungai Gangga, Tangkap Puluhan Mayat Mengambang Diduga Korban Covid-19
India tercatat dengan kasus tertinggi kedua setelah Amerika Serikat dengan total 25.495.144 kasus, 283.276 orang meninggal, dan total sembuh 21.979.703 orang.
Kenaikan signifikan terjadi pada periode Maret-April lalu yang melonjak drastis akibat adanya perayaan-perayaan keagamaan yang dihadiri ribuan orang. Warga India juga mulai tak disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Akibatnya, jumlah pasien melonjak melebihi kapasitas rumah sakit. Para pasien terpaksa dirawat di area parkir rumah sakit hingga di dalam bajaj demi mengantre mendapat pasokan oksigen.
Angka kematian juga terus melonjak hingga membuat angka kebutuhan kremasi jenazah melonjak tajam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.