Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ART di Cengkareng Disebut 4 Kali Aniaya Majikannya yang Lansia

Kompas.com - 19/05/2021, 17:33 WIB
Sonya Teresa Debora,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - NN (32), asisten rumah tangga (ART) yang jadi tersangka pelaku penganiayaan terhadap majikannya yang lanjut usia (lansia) disebut telah empat kali melakukan penganiayaan.

"Sudah empat kali, yang Sabtu (15/5/2021), Minggu kemarin itu yang ketiga sama keempat," kata Yusni Etty (67), korban penganiayaan, Rabu ini.

Menurut Etty, NN pertama kali menganiaya Mor Ah (89) ibunda Etty yang tinggal serumah dengannya. Insiden pertama terjadi sekitar satu bulan lalu di rumah Etty di Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat.

Baca juga: Pengakuan Majikan yang Dianiaya ART: Tangan Dicakar, Kaki Ditendang hingga Memar

"Pertama kali nenek (Mor Ah). Kan biasalah nenek ngoceh-ngoceh sendiri. Nah, tapi kalau orang ngomong dia (pelaku) nggak terima," kata Etty.

NN menyerang Mor Ah dengan memukulnya.

"Ditarik sampai bajunya sobek, tangan merah, paha juga biru-biru. Saya sampai takut itu, gementar kalau mau keluar juga," kata Mor Ah.

Menurut Etty, ketua RT setempat, sopir, hingga hansip datang ke rumahnya untuk melerai insiden saat itu.

Namun, Etty baru melaporkan NN ke polisi setelah perisitwa penganiayaan pada Sabtu dan Minggu lalu. Ia mengatakan, dirinya melapor lantaran sudah tak dapat menoleransi perilaku NN.

Etty kemudian menceritakan kronologi peristiwa yang terjadi Sabtu dan Minggu itu.

"Awalnya saya beliin ayam opor dua kilo untuk pembantu saya dari sebelum Lebaran," kata Etty.

Ayam itu diperuntukkan bagi dua orang ART yang bekerja di rumah Etty. Pada Jumat sore pekan lalu, Etty mendapati beberapa telur yang ada di rumahnya raib.

Etty menanyakan hal tersebut pada Santi, ART lain yang juga bekerja di rumahnya, pada Sabtu pagi.

Saat itu, di rumah Etty hanya ada NN, Santi, Mor Ah, dan dua orang cucunya yang masih kecil. Sementara anak dan menantu Etty berada di Kalimantan.

Baca juga: Pengakuan ART yang Aniaya Majikan: Stres Sering Dimarahi, Beban Kerja Berat

"Saya nanya sama pembantu yang satu lagi, yang suka masak (bukan pelaku), kok telur tinggal segini. Kata dia, itu 'si itu yang masak (pelaku) padahal lauk masih banyak'," kata Etty.

Kala itu, pelaku sedang berada di kamarnya. Tiba-tiba tersangka pelaku turun dari kamarnya di lantai atas rumah kemudian mengamuk kepada korban.

"Dia tiba-tiba turun, kayaknya dengar, langsung ngamuk-ngamuk ke saya. Saya enggak sempat nanya ke dia langsung, dia sudah marah-marah," kata Etty.

"Dia bilang 'iya saya yang makan, kenapa?' Malah galakkan dia, ngamuk-ngamuk," kata Etty.

NN lalu mengambil galon air kosong dan menyerang Etty dengan galon tersebut.

Penganiayaan juga terjadi pada Minggu pagi.

"Jadi Minggu, saya bangun tidur mau cuci tangan. Saya lihat ada panci rice cooker penuh airnya sampai luber ditaruh di wastafel," kata Etty.

Etty menanyakan hal tersebut kepada Santi.

"Saya ngomong sama Santi, 'Siapa yang rendam rice cooker airnya dipenuhin kan kemarin saya rendam airnya cuma setengah'. Santi bilang enggak tahu, tapi mungkin dia (tersangka pelaku)," kata Etty.

Menurut Etty, dia telah berkali-kali menyampaikan untuk tidak merendam panci rice cooker bekas pakai sampai penuh kepada ART yang bekerja di rumahnya.

"Sudah berkali-kali itu, sudah saya bilang 'ngapain sih buang-buang air yang enggak perlu, setan'. Eh dia dengar dari atas langsung turun ngamuk-ngamuk," kata Etty.

NN langsung menyerang Etty. Pergelangan tangan Etty dicakar dan kaki Etty ditendang.

Imbasnya, kaki Etty masih memar dan membiru hingga hari ini. Masih ada bekas cakaran di pergelangan tangannya. Menurut Etty, pergelangan tangannya sempat berdarah karena  dicakar NN.

Rekaman CCTV yang memuat peristiwa tersebut kemudian viral di media sosial.

Dalam keterangan video dinyatakan bahwa penganiayaan terjadi pada Sabtu dan Minggu, tanggal 15 dan 16 Mei 2021.

Terdapat tiga potongan video yang viral. Video tersebut merupakan kompilasi penganiayaan. Di video pertama, terlihat seorang perempuan tengah menggendong seorang anak kecil.

Perempuan itu mencakar seorang perempuan yang sudah lanjut usia. Perempuan itu juga menggeser kursi yang tengah didudukki korban.

Di video kedua, pelaku dan korban terlihat terlibat adu mulut. Pelaku maupun korban sama-sama saling tunjuk. Tiba-tiba pelaku mengambil galon air kosong dan hendak mengayunkannya ke arah korban. Tetapi, terdapat seorang orang lain yang melerai insiden tersebut. Korban kemudian masuk ke dalam kamar.

Video ketiga merupakan sambungan potongan video kedua. Pelaku tengah ditahan oleh seorang lainnya. Namun, saat orang yang melerai lengah, pelaku mengambil galon dan berlari ke arah kamar tempat korban berada.

Di ujung video, identitas ART tersebut diungkap. Foto dari ART juga disertakan.

"Mohon bantu viralkan agar orang ini tidak bisa bekerja lagi dimanapun, agar tidak ada orang tua lainnya yang menjadi korban kekerasannya. Dan agar aparat penegak hukum dapat memproses ke jalur hukum," tulis keterangan di dalam video.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftarab PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

DPRD dan Pemprov DKI Rapat Soal Anggaran di Puncak, Prasetyo: Kalau di Jakarta Sering Ilang-ilangan

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

PDI-P Mulai Jaring Nama Buat Cagub DKI, Kriterianya Telah Ditetapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com